tag:blogger.com,1999:blog-17386009536276833202024-03-06T09:42:21.861+07:00PD PEMUDA PERSIS KAB. BANDUNGMembina Generasi Muda dalam Tuntunan Al-Qur'an dan As-SunnahPD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-12314342585918341012011-12-25T13:46:00.002+07:002011-12-25T13:54:35.060+07:00Muscab Hari Ini<div style="background-color:lavender;color:darkblue;text-align: justify;padding:12px;"><br /><span style="font-style:italic;">PD.Pemuda Persis</span>--- Ahad, 25 Desember 2011 ini Staf PD Pemuda Persis Kab. Bandung sedang melaksanakan tugas menghadiri Musyawarah Cabang PC Pemuda Persis Dayeuhkolot. <br /><br />Staf PD yang menghadiri acara tersebut, di antaranya adalah Ust. Hamdan (Ketua PD), Ust. Hendi (Wakil Sekretaris), Ust. Abdul Malik (Bid. Jam'iyyah), Ust. Yayan (Bid. Publikasi), dan Kang Agus Heri (Bid. Ekonomi).<br /><span class="fullpost"></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-752138829020923282011-10-18T21:50:00.003+07:002011-10-18T22:00:40.838+07:00Workshop Kaderisasi<div style="text-align: justify;"><br />Ahad, 16 Oktober 2011, berlangsung acara Workshop Kaderisasi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Persis. Acara yang berlangsung di Gedung Qornul Manazil Ciganitri ini terdiri dari pembahasan Manhaj Kaderisasi dan Sistem Pembinaan yang seyogianya diselenggarakan 6 bulan setelah Muktamar, karena acara ini merupakan rekomendasi Muktamar. Better late than never mungkin lebih tepat bagi terselenggaranya acara ini. Selain pembahasan utama tersebut, kegiatan ini disertai dengan diskusi kaderisasi yang diisi oleh Ust. Atif Latiful Hayat, PH.D (Mantan Ketua Umum PP Pemuda Persis) dan Ust. Sulwan Kosasih dari Bidang SDMO PP Persis.<br /><span class="fullpost"><br /><br /><b>HASIL WORKSHOP</b><br /><br />Workshop kaderisasi ini mengacu pada panduan Manhaj Kaderisasi yang rencananya dibahas dalam Muktamar yang lalu. Karena panduan itu tidak terbahas habis dalam Muktamar tersebut, maka dalam workshop inilah panduan tersebut dijadikan sebagai rancangan.<br /><br />Ada beberapa perubahan mendasar yang menjadi hasil workshop pertama ini, yaitu sebagai berikut:<br /><br /><ul><li>Batasan usia, baik untuk proses Ma’ruf maupun Tafiq, disesuaikan dengan isi <del>Qanun Asasi-Qanun Dakhili</del> Qaidah Asasi – Qaidah Dakhili.</li><br /><li> Penyelenggaraan acara, terutama bagi Ma’ruf, bersifat fleksibel.</li></ul><br /><br /><table border="3" bgcolor="lavender"><tr><td><a href="http://www.4shared.com/get/CA2ye4R0/AJAIB.html" target="_blank"><h3>DOWNLOAD PELUANG KEMANDIRIAN EKONOMI</h3></a></td></tr></table><br /><br /> Kurikulum Halaqah Pasca-Ma’ruf. Untuk proses download kurikulum ini, silahkan masuk ke link ini.<br /><br />…..bersambung <br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-74636437469216353692011-05-25T08:56:00.001+07:002011-05-25T09:33:22.701+07:00Aliran "Qodriyatul Qosimiyah" Dinyatakan Sesat<div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight:bold;">PD Pemuda Persis Kab. Bandung</span> - <a href="http://hidayatullah.com/read/17175/24/05/2011/aliran-">Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember</a> menyatakan bahwa pengajaran "Qodriyatul Qosimiyah" yang dipimpin Qosim di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, merupakan aliran sesat.<br /><br />"Ucapan kalimat syahadat dalam aliran Qodriyatul Qosimiyah menyimpang dari ajaran Islam," kata Ketua MUI Jember Bidang Fatwa dan Hukum, Abdullah Samsul Arifin, setelah pertemuan dengan penganut aliran sesat dan sejumlah tokoh masyarakat di aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Jember, Senin (23/5).<br /><br /><span class="fullpost"><br />Kemenag Jember mengundang sejumlah tokoh agama dari MUI, NU, dan Muhammadiyah untuk menyelesaikan persoalan aliran yang diduga sesat karena sudah meresahkan warga setempat.<br /><br />Abdullah Samsul Arifin mengatakan, kalimat syahadat dalam aliran itu menggunakan Bahasa Madura yang artinya "Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, Allah itu adalah saya, dan Nabi Muhammad adalah utusan saya".<br /><br />"Ajaran dalam kitab kuning Qodriyatul Qosimiyah juga menyebutkan bahwa tempat suci Baitul Muqodas diibaratkan berada di kemaluannya, sehingga hal itu terkesan menghina agama Islam," ucap Abdullah yang juga Ketua PCNU Jember itu.<br /><br />Dengan demikian, lanjut dia, MUI Jember menyatakan bahwa aliran itu sesat dan penganutnya harus bertaubat serta kembali ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama Islam.<br /><br />"Sejumlah perwakilan penganut aliran sesat di bawah Yayasan Qodriyatul Qosimiyah itu sudah mengakui telah mengamalkan ajaran yang sesat itu, namun mereka bersedia untuk bertaubat dengan pengawasan dari MUI," katanya.<br /><br />Setelah menyatakan bertaubat, perwakilan aliran sesat itu menyatakan kekhilafannya dan mengucapkan dua kalimat syahadat yang dipimpin oleh MUI Jember dengan disaksikan oleh tokoh masyarakat setempat.<br /><br />"Saya berharap tokoh masyarakat setempat juga aktif untuk membina sejumlah penganut aliran sesat, agar kembali ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam," katanya.<br /><br />Jumlah penganut aliran sesat berdasarkan pengakuan Kyai Qosim, lanjut dia, sudah mencapai angka ribuan, bahkan pengikutnya berada di luar Kabupaten Jember.<br /><br />Secara terpisah, Qosim saat dikonfirmasi sejumlah wartawan enggan berkomentar terkait aliran sesat tersebut.<br /><br />Namun pada saat dialog dengan MUI di aula Kemenag Jember, Qosim menyatakan bahwa kitab kuning yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam itu sudah ditarik dan kitab kuning tersebut sudah tidak diedarkan lagi sejak tahun 1999.<br /><br />Qosim juga meminta perlindungan dari MUI dan aparat kepolisian, apabila ada hal-hal yang tidak menyenangkan dan tindakan kekerasan dialami oleh penganut aliran Qodriyatul Qosimiyah.*<br />Sumber : Ant<br />Red: Syaiful Irwan<br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-24871012500051451902011-04-01T06:30:00.003+07:002011-04-01T06:49:28.776+07:00AKTIVITAS KEPEMIMPINAN BARU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS7qv3CSO0p28m3f8Y4hb0_W5N9uX2KyxWdnHPUHCKRGU2L2Ic573RZeEZHVGkktoXn_p3DG0Lc46HvZE42jc-E7jgc2Pe_Wm-DIe03czCYiPwIKTIjCISowWrzdz2dtD39M7v9ekkaBBp/s1600/Musykerda_1.jpg" title="tampak Ketua PP Pemuda Persis dan Sekretaris sedang berkunjung memaparkan sosialisasi program ke pc-pc"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS7qv3CSO0p28m3f8Y4hb0_W5N9uX2KyxWdnHPUHCKRGU2L2Ic573RZeEZHVGkktoXn_p3DG0Lc46HvZE42jc-E7jgc2Pe_Wm-DIe03czCYiPwIKTIjCISowWrzdz2dtD39M7v9ekkaBBp/s320/Musykerda_1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5590394403029557714" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"></span></div><div style="text-align: justify;">(PD Pemuda Persis Kab. Bandung)--- Setelah terpilih kepemimpinan baru pada Musyda VI, Pimpinan Daerah Pemuda Persatuan Islam melaksanakan Musyawarah Kerja Daerah (Musykerda) I pada hari Ahad, 15 Rabi'ul at-Tsani 1432 H bertepatan dengan 20 Maret 2011 di Aula Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persis, Ciganitri, Kab. Bandung.<br /><br />Pada awal tahun ini, sebagaimana sudah menjadi tradisi bagi PD Pemuda Persis Kab. Bandung, jejak langkah awal disibukkan dengan penyegaran beberapa cabang berupa Musyawarah Cabang. Pada tahun ini, Musycab diawali oleh Pimpinan Cabang Kutawaringin yang diselenggarakan pada hari Ahad, 27 Maret 2011 dengan ketua terpilih Ust. Zamzam al-Muzzani untuk yang kedua kalinya.<br /><br />Perjalanan selanjutnya adalah Musyawarah Cabang Margaasih (3 April 2011) dan Pameungpeuk (10 April 2011).<br /></div>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-69341891263959710502011-01-31T21:07:00.004+07:002011-01-31T21:12:36.556+07:00KETUA TERPILIH PD PEMUDA PERSIS KAB. BANDUNG 2011 - 2014 <div style="text-align: justify;"><br /><br /><div style="text-align: center;">Kami, segenap Tasykil PD Pemuda Persis Kab. Bandung Demisioner, mengucapkan:<br /><span style="font-weight: bold;"><br />“SELAMAT BERJUANG”</span><br /><br />Atas terpilihnya<br /><br /><span style="font-size:180%;"><span style="font-weight: bold;">Ustadz HAMDAN</span></span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWtEuENwTrRpw-3MirhB-sj2Rfy134EK3wLGBpQifnEsDuFQ_SckhC9xDp-HorXUZ7UtLO6JSQ110yA5ALrnaBnI3yRuvDjuZ5Ch_86w-BLk_DQIcpRK2092v9FQpxC7fIGM3s8zcIFWMj/s1600/hamdan.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 93px; height: 119px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWtEuENwTrRpw-3MirhB-sj2Rfy134EK3wLGBpQifnEsDuFQ_SckhC9xDp-HorXUZ7UtLO6JSQ110yA5ALrnaBnI3yRuvDjuZ5Ch_86w-BLk_DQIcpRK2092v9FQpxC7fIGM3s8zcIFWMj/s320/hamdan.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5568352044735234498" border="0" /></a><br />sebagai<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Persis Kab. Bandung</span><br /><span style="font-weight: bold;">Masa Jihad 2011 – 2014</span><br /></div><br /><br /><span class="fullpost"></span></div>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-12894972041726033902011-01-26T23:30:00.001+07:002011-01-28T18:20:50.986+07:00MENGHADAPI MUSYDA VI<div style="text-align: justify;"><br /><a href="http://www.ziddu.com/download/13581853/FORMULIR_PESERTA_MUSYDA_VI.doc.html">*** Formulir</a><br /><a href="http://www.ziddu.com/downloadlink/13579553/Draft_Musyda_VI.doc">*** Draft Musyda VI</a><br /><a href="http://www.ziddu.com/downloadlink/13579626/LPJ_PD_2007_2010.pdf">*** LPJ PDF</a><br /><br /><span style="font-weight:bold;">KAB. BANDUNG -- Menghadapi agenda Musyawarah Daerah VI Pemuda Persis Kab. Bandung siap-siap dengan segudang kesibukan. Dari mulai pembentukan panitia sampai usaha mencari dana.</span><br /><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-51453974577870769332010-11-14T16:52:00.002+07:002010-11-14T16:55:29.999+07:00Penentuan Idul Adha 1431 H.<div style="text-align: justify;"><br />Berdasarkan Hisab dan Rukyat, diperoleh data sebagai berikut:<br />1. Ijtima/Konjungsi Awal Bulan Dzulkijjah 1431 H terjadi hari Sabtu, 6 Nopember 2010, jam 15.52 WIB.<br />2. Ketinggian bulan saat Maghrib (Sabtu, 6 Nop 2010) di seluruh Indonesia antara -0,6 s.d. +1,7 derajat (di Pelabuhan Ratu +1,5 derajat)<br />3. Walaupun sudah di atas ufuk, ketinggian bulan tersebut tidak memungkinkan untuk terlihat, sehingga hilal belum atau tidak wujud.<br />4. Dari seluruh wilayah Indonesia, tidak dilaporkan ada yang melihat Hilal<br /><br />Berdasarkan data tersebut di atas, maka:<br /><br />Bulan Dzulqa’dah 1431 H ditetapkan 30 hari, sehingga 1 Dzulhijjah 1431 H diitetapkan Senin, 8 Nopember 2010 M dan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1431 H bertepatan dengan Rabu, 17 Nopember 2010 M.<br /><span class="fullpost"><br /><b>Sunnah Seputar Dzulhijjah</b><br />1. 9 Dzulhijjah disunnatkan melaksanakan shaum Arafah. Shaum Arafah tidak mesti sama waktunya dengan kegiatan wukuf di Arafah, karena waktu shaum dan shalat ditentukan berdasarkan waktu setempat, bukan waktu Arafah atau waktu daerah lainnya.<br />2. 10 Dzulhijjah disunnahkan untuk shalat Idul Adha di lapangan terbuka.<br />3. 10 sampai 13 Dzulhijjah disunnahkan menyembelih hewan kurban.<br /><br /><br />Perlu makalah ini? Download <a href="http://www.ziddu.com/download/12530059/PenentuanIdulAdha.doc.html" target="_blank"><b><big>di sini</b></big></a><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-30612473916059096452010-10-23T22:03:00.003+07:002010-10-23T22:21:17.381+07:00Pengantar Agenda Shilaturrahmi<div style="text-align: justify;"><br /><a href="http://www.4shared.com/document/-kgvUwUL/Struktur_Panitia_Pengajian_PD_.html" target="_blank"><big><b>Download Panitia</b></big></a><br /><br /><b>MUQADDIMAH</b><br />Salah satu asas ajaran Islam adalah membangun kebersamaan dalam memperjuangkan tegaknya al-Quran dan as-Sunnah.<br /><br />Perjuangan dakwah Islam, sebagaimana dituturkan oleh DR. Fathi Yakan dalam <i>Orang-Orang yang Berjatuhan di Jalan Dakwah</i>, memiliki jalan terjal yang seringkali menjatuhkan para aktivisnya sehingga mereka akhirnya "mundur" dari medan jihad (dakwah). Banyak faktor yang menyebabkan mereka terperosok ke "jurang" ini, baik secara internal maupun eksternal.<br /><br />Salah satu di antara pemicu merosot dan berjatuhannya para kader Mujahid Dakwah ini adalah pihak keluarga. Seorang suami yang begitu semangatnya berjuang terkadang bisa lumpuh karena desakan istri dan anak-anaknya. Demikian juga sebaliknya, seorang istri yang aktif di medan dakwah bisa jadi tersandung pada posisi yang sama karena desakan dan keluhan suami dan anak-anaknya.<br />Allah SWT berfirman,</div><br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ<br /></div></big></big><br /><div style="text-align: justify;"><br />Katakanlah: "jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS at-Taubah [9]: 24)<br /><br />Dalam kondisi seperti inilah, pemahaman bersama (satu pemikiran) merupakan salah satu jalan yang utama untuk merekatkan terwujudnya "saling memahami" di antara anggota keluarga itu.<br /><br /><br /><br /><span class="fullpost"></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-18011213343601948502010-10-23T19:40:00.022+07:002010-10-23T22:03:32.021+07:00TASYKIL PP PEMUDA PERSIS 2010-2015 (SK)<div style="text-align: justify;"><br /><i>Lampiran</i> SK Nomor: 001/PP/Skep/X/2010<br /></div><br /><div style="text-align: center;"><b><big><big><blink>TASYKIL PP PEMUDA PERSATUAN ISLAM<br />MASA JIHAD 2010-2015</blink></big></big></b></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><table><br /><tr><td><b>Ketua Umum</b></td><td>:<b>Tiar Anwar Bachtiar</b></td></tr><br /><tr><td>Ketua I</td><td>: Yusuf Burhanudin</td></tr><br /><tr><td>Ketua II</td><td>: Nashruddin Syarief</td></tr><br /><tr><td>Ketua III</td><td>: Yudi Rachman</td></tr><br /><br /><tr><td><b>Sekretaris Umum</b></td><td>: <b>Irfan Firmansyah</b></td></tr><br /><tr><td>Sekretaris I</td><td>: Indra Fajar Nurdin</td></tr><br /><tr><td>Sekretaris II</td><td>: Rian Nuryadin</td></tr><br /><tr><td>Sekretaris III</td><td>: Fahmi Aliansyah</td></tr><br /><br /><tr><td><b>Bendahara</b></td><td>: <b>Ucu Najmudin</b></td></tr><br /><tr><td>Wakil Bendahara</td><td>: Ismail Fajar Romdlon</td></tr><br /></table><br /></div><br /><span class="fullpost"><br /><b>Bidang-Bidang</b><br /><table><br /><tr><td>Bidang Jam'iyyah</td><td>: 1. Andri Mulyadi</td></tr><br /><tr><td></td><td>: 2. Hilman Fauzi</td></tr><br /><tr><td>Bidang Kaderisasi</td><td>: Wildan Luthfana Rahman</td></tr><br /><tr><td>Bidang Administrasi</td><td>: Hikmat Ramdani</td></tr><br /><tr><td>Bidang Pendidikan</td><td>: Muslim Nurdin</td></tr><br /><tr><td>Bidang Dakwah</td><td>: Eka Permana Habibillah</td></tr><br /><tr><td>Bidang Olahraga dan Seni</td><td>: Budi Setiawan</td></tr><br /><tr><td>Bidang Sosial</td><td>: Ahmad Fadhilah</td></tr><br /><tr><td>Bidang Ekonomi</td><td>: Arif Faisal Latief</td></tr><br /><tr><td>Bidang Humas</td><td>: Yusuf Tajri</td></tr><br /><tr><td>Bidang Hubungan Antar</td><br /><tr><td>Lembaga dan Luar Negeri</td><td>: Andri Hermawan</td></tr><br /></table><br /><b>LEMBAGA PENGKAJIAN TURATS DAN PERADABAN ISLAM</b><br /><table><br /><tr><td>Ketua</td><td>: Latief Awaludin</td></tr><br /><tr><td>Wakil Ketua</td><td>: Nurdin Sya'bana</td></tr><br /><tr><td>Sekretaris</td><td>: Arif Munandar Riswanto</td></tr><br /></table><br /><b>LEMBAGA PENGELOLA DAN STANDARISASI TAFIQ</b><br /><table><br /><tr><td>Ketua</td><td>: Yudi Rachman</td></tr><br /><tr><td>Wakil Ketua</td><td>: Wildan Luthfana Rahman</td></tr><br /><tr><td>Sekretaris</td><td>: Sani Insan Muhammadi</td></tr><br /></table><br /><div style="text-align: right;"><br />Bandung, <u>15 Dzulqa'dah 1431 H.</u><br />23 Oktober 2010 M.<br /><br />Ketua Umum,<br /><br /><br /><br /><u><b>Tiar Anwar Bachtiar</b></u><b></b><br />NPA: 01.0016<br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-55604294510622107252010-10-18T20:51:00.001+07:002010-10-18T20:54:33.785+07:00WITIR RASULULLAH SAW<b>Riwayat 1:</b><br /><div style="text-align: right;"><big><big><br />قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَوْصَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ<br /></big></big><br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Abu Hurairah berkata, "Nabi Saw berwasiat kepadaku agar (melaksanakan shalat) witir sebelum tidur".<br /><br />Riwayat ini dikutip oleh penulis (al-Bukhari) melalui jalur Abu Usman dari Abu Hurairah dengan lafadz, "agar aku witir sebelum tidur". (<i>Fath al-Bari</i>)<br /><br />Riwayat ini dikutip juga dalam Musnad Ishaq bin Rahwaih dan Musnad Ahmad.</div><br /><span class="fullpost"><br /><b>Riwayat 2:</b><br /><div style="text-align: right;"><big><big><br />حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي مُسْلِمٌ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُلَّ اللَّيْلِ أَوْتَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَانْتَهَى وِتْرُهُ إِلَى السَّحَرِ<br /></big></big><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><i>Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafs, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami <b><blink>bapakku</b></blink>, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami al-A'masy, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku <b><blink>Muslim</b></blink>, dari Masruq, dari Aisyah, ia berkata: "Setiap malam, Rasulullah Saw (melaksanakan) witir dan witirnya selesai sampai (waktu) sahur".</i> (HR al-Bukhari)<br /><br /><b>Keterangan Sanad</b><br />Yang dimaksud dengan "bapakku" dalam riwayat di atas adalah <b>Hafs bin Ghiyats</b>. Sedangkan Muslim adalah <b>Muslim Abu ad-Dhuha</b>, bukan Ibnu Kaisan.<br /><br />Hadis ini diriwayatkan juga oleh Imam Muslim melalui jalur Yahya bin Wattab sebagai berikut.</div><br /><div style="text-align: right;"><big><big><br />عَنْ مَسْرُوقٍ " مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ وَأَوْسَطِهِ وَآخِرِهِ فَانْتَهَى وِتْرُهُ إِلَى السَّحَرِ <br /></big></big><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><i>Dari Masruq: "Setiap malam, sungguh Rasulullah Saw (melaksanakan) witir dari awal malam, dan pertengahannya, dan di akhirnya, maka witirnya selesai sampai (waktu) sahur".</i>(HR Muslim)<br /><br />Yang dimaksud dengan awal malam adalah setelah shalat Isya. (<i>Fath al-Bari</i>)<br /><a href="http://hadith.al-islam.com/Page.aspx?pageid=192&TOCID=635&BookID=33&PID=1847"><b>Hadith.al-Islam</b></a><br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-9090434475865031702010-10-17T17:56:00.016+07:002010-11-05T22:20:37.604+07:00Silaturrahmi Pemuda & Pemudi Persis Kab. Bandung<div style="text-align: justify;"><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhViK7y_1rFNH1nXLUCEcbiviY4OO51ukjP0Oj9lMKF9EP2wS-cy7QfbMuA-OzmADXLZRFoyM00AkHYjt84ARWzI2D-CFsEFQ5u2LgBlvilL5FZcpww3920MGFAau6WMEYCj7L5GbK4ZEXj/s1600/silaturrahmi.JPG"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 248px; height: 76px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhViK7y_1rFNH1nXLUCEcbiviY4OO51ukjP0Oj9lMKF9EP2wS-cy7QfbMuA-OzmADXLZRFoyM00AkHYjt84ARWzI2D-CFsEFQ5u2LgBlvilL5FZcpww3920MGFAau6WMEYCj7L5GbK4ZEXj/s320/silaturrahmi.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5528975145299478914" border="0" /></a><br /><br /><br />Kali ini, PD Pemuda Persis Kab. Bandung bersama PD Pemudi Persis Kab. Bandung sedang merencanakan untuk mengadakan kegiatan bersama, <i style="color: rgb(51, 102, 255);"><b><blink>"Silaturrahmi Keluarga Besar Pemuda Persis & Pemudi Persis se-Kab. Bandung"</blink></b></i>.<br /><br />Agenda acara, <i>insya-alloh</i>, akan dilaksanakan pada:<br />Hari/Tanggal : <b><d2>Ahad, 07 Nopember 2010</d2></b><br />Waktu : <b><d2>Pukul 09.30 s.d. 12.00</d2></b><br />Pemateri : <big><big><b><blink>KH Drs. Uus M. Ruchiyat</b></big></big></blink> (<i><b>Mantan Ketua Umum PP Pemuda Persis Masa Jihad 2000-2005</b></i>)<br />Tema: <b><d2>Pola Pendidikan Keluarga Islam</b></d2><br />Tempat: <b>Kantor Bersama PD PERSIS Kab. Bandung</b>, (Jln Raya Banjaran, Blk. Pesantren Persis 3 Pameungpeuk, Kab. Bandung)</div><br /><br />Acara ini digelar dengan tujuan menyamakan persepsi dan kesadaran bahwa perjuangan di tingkat Pimpinan Jamaah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, dan level pimpinan di atasnya membutuhkan loyalitas, komitmen, dan tanggung jawab yang besar demi meraih cita-cita dalam menegakkan al-Quran dan as-Sunnah. Inilah term penting dalam pendidikan keluarga Islam, yakni mempersiapkan generasi unggul untuk perjuangan dakwah Islam yang dilakukan secara seimbang antara seorang ayah dan ibunya (apalagi ayah dan ibunya menjadi penggiat Jam'iyyah).<br /><span class="fullpost"><br /><br />Perjuangan dakwah Islam, sebagaimana dituturkan oleh DR. Fathi Yakan dalam <i>Orang-Orang yang Berjatuhan di Jalan Dakwah</i>, memiliki jalan terjal yang seringkali menjatuhkan para aktivisnya sehingga mereka akhirnya "mundur" dari medan jihad (dakwah). Banyak faktor yang menyebabkan mereka terperosok ke "jurang" ini, baik secara internal maupun eksternal. Salah satu di antara pemicu merosot dan berjatuhannya para kader <b>Mujahid Dakwah</b> ini adalah pihak keluarga. Seorang suami yang begitu semangatnya berjuang terkadang bisa lumpuh karena desakan istri dan anak-anaknya. Demikian juga sebaliknya, seorang istri yang aktif di medan dakwah bisa jadi tersandung pada posisi yang sama karena desakan dan keluhan suami dan anak-anaknya.<br />Allah SWT berfirman,<br /><div style="text-align: center;"><big><big><br /><br />قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ<br /></div></big></big><br /><div style="text-align: justify;"><br /><i>Katakanlah: "jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.</i> (QS at-Taubah [9]: 24)<br /><br />Dalam kondisi seperti inilah, pemahaman bersama (<i>satu pemikiran</i>) merupakan salah satu jalan yang utama untuk merekatkan terwujudnya "saling memahami" di antara anggota keluarga itu.<br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-10695629659106568002010-10-17T17:51:00.003+07:002010-11-21T23:13:04.946+07:00Dzikir ba'da Shalat bagi Yang Safar<div style="text-align: justify;"><br />Menurut satu pendapat, bagi yang melaksanakan shalat jama' dan qashar tidak ada dzikir ba'da shalat di antara keduanya.<br /><br />Pandangan ini ditunjukkan oleh beberapa keterangan sebagai berikut.<br /><br /><span class="fullpost"><br />1. Tidak ada dalil yang menerangkan bahwa Rasulullah saw dzikir setelah shalat jama’ qoshor ketika safar. Sedangkan qaidah menyebutkan “menetapkan suatu hukum itu dituntut adanya dalil” dikarenakan tidak ada dalil yang menerangkan hal tersebut, maka dzikir setelah shalat jama’ qoshor ketika safar tidak ada.<br />2. Dalam praktek shalat yang dijamak-qoshor setelah shalat yang pertama tidak dilakukan dzikir, tetapi langsung dilanjutkan shalat yang kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam shalat safar tidak ada dzikir setelahnya.<br />3. Ada beberapa hadits yang mengindikasikan tidak adanya dzikir setelah shalat fardu ketika safar, yaitu sebagai berikut<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عبد الله بن عمر - رضي الله عنهما - :«أن رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- صلَّى المغربَ والعشاءَ بالمزدلفة جميعا» زاد البخاري في رواية «كلَّ واحدة منهما بإقامة ، ولم يُسبِّحْ بينهما ، ولا على إثر واحدة منهما». (رواه البخاري و مسلم و الدارقطنى و أبوداود و الترمذى والنسائى)<br /></big></big></div><br />Dari Abdullah bin Umar ra. Sesungguhnya Rasulullah saw shalat maghrib dan ‘isya dijama’ di Muzdalifah. Ada tambahan pada riwayat Al-Bukhari, Masing-masing dari keduanya dengan satukali iqomah dan tidak bertasbih antara keduanya dan juga pada salah satu dari keduanya. (HR Al-Bukhari, Muslim, Ad-Daraquthni, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عن عبد الله بن عمر - رضي الله عنهما - : قال : «صحبتُ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم- ، فلم أرَه يُسبِّح في السَّفرِ ، وقال الله تعالي : { لَقَد كانَ لكُم فِي رَسُولِ الله أُسْوة حسنة } [ الأحزاب : 21]». رواه البخاري و مسلم<br /></big></big></div><br />Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata: Saya menyertai Nabi saw, maka tidak pernah melihat beliau bertasbih ketika safar, Allah swt berfirman : ((Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik)) QS. Al-Ahzab :21)<br />(HR Al-Bukhari dan Muslim)<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عن يزيد بن زريع قال مرضت فجاءني ابن عمر يعودني فسألته عن السبحة في السفر فقال صحبت رسول الله {صلى الله عليه وسلم} في السفر فما رأيته يسبح ولو كنت مسبحاً لأتممت. رواه البخاري و مسلم<br /></big></big></div><br />Dari Yazid bin Zurai’ ia berkata: saya pernah sakit lalu Ibnu Umar datang menjengukku, saya bertanya kepadanya tentang <i>subhah</i> ketika safar lalu beliau menjawab, “Saya menyertai Rasulullah saw pada saat safar, maka tidak pernah melihat beliau bertasbih, kalaulah saya mau bertasbih pasti saya <i>tam</i>-kan (sempurnakan) shalat (tidak qashar). (HR Al-Bukhari dan Muslim)<br /><br /><b>Tanggapan</b><br /><b>1)</b> Hadis-hadis riwayat Al-Bukhari pada Bab Dzikir setelah shalat cukup sebagai <i>“mutsbit”</i> yang menetapkan adanya dzikir setelah shalat fardu, baik ketika safar maupun muqim karena diungkapkan dengan lafadz umum. Dengan demikian yang mesti dituntut untuk menghadirkan dalil adalah yang menafikannya, karena hukum yang telah ada dan berlaku adalah adanya dzikir, sedangkan menafikan hukum yang telah <i>mutsbit</i> dituntut adanya dalil.<br /><br /><b>2)</b> Dalam sebuah hadis riwayat An-Nasai yang diterima dari Tsauban <i>Maula</i> Rasulullah Saw, dia berkata:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا انصرف من صلاته استغفر ثلاثا قال اللهم أنت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والاكرام الذكر بعد الاستغفار السنن الكبرى للنسائي – (ج 1 / ص 397)<br /></big></big></div><br /> Sesungguhnya Rasulullah Saw apabila selesai dari shalatnya, beliau istighfar 3 kali dan membaca <i>Allahumma Antassalam …</i> dan membaca dzikir setelah istighfar. (HR An-Nasai)<br /><br /> Hadis tersebut menjelaskan bahwa dzikir itu dilakukan ketika <i>“Inshirafus-Shalah”</i> (selesai melaksanakan shalat), sedangkan shalat jama’ itu selesainya setelah dilaksanakan kedua shalat yang dijama’ tersebut.<br /><br /><b>3)</b> Hadis-hadis di atas yang menggunakan lafadz “yusabbihu” tidak bisa diartikan dzikir (setelah shalat fardu), dengan alasan sebagai berikut.<br /><br /> 1. Hadis-hadis tersebut disimpan oleh para Mukhorrij dalam bab mengenai shalat sunnat ketika safar. Bahkan Ibnu Hajar, dalam <i>Fath al-Bari</i>, menyebutkan keterangan berikut.<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />قَوْلُهُ : ( وَلَمْ يُسَبِّحْ بَيْنَهُمَا ) أَيْ لَمْ يَتَنَفَّلْ<br /></big></big></div><br />Sabdanya: "Dan ia tidak ber-<i>subhah</i> di antara keduanya," maksudnya adalah tidak shalat sunnat. (Fath al-Bari, Kitab <i>al-Hajj</i>, Bab <i>Man Jama'a Bainahuma wa lam Yatathowwa'</i>)<br /><br /> 2. Lafad “yusabbihu” diartikan dengan shalat sunnat berdasarkan dalil-dalil berikut<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَهُمَا(المغرب و العشاء) بِالْمُزْدَلِفَةِ صَلَّى كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بِإِقَامَةٍ وَلَمْ يَتَطَوَّعْ قَبْلَ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا وَلَا بَعْدُ<br /><br />مسند الصحابة في الكتب التسعة – (ج 14 / ص 135))<br /><br /></big></big></div><br /> Dari Salim, dari Ayahnya, "Sesungguhnya Rasulullah Ssaw menjama’ antara shalat Maghrib dan ‘Isya di Muzdalifah dengan iqomah pada masing-masing shalatnya dan tidak melaksanakan shalat sunnat sebelum dan sesudah masing-masing shalat tersebut. (<i>Musnad As-Shahabah fi Kutubi-Tis’ah</i>)<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عن حفص بن عاصم قَالَ صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ فِى طَرِيقٍ – قَالَ – فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ فَرَأَى نَاسًا قِيَامًا فَقَالَ مَا يَصْنَعُ هَؤُلاَءِ قُلْتُ يُسَبِّحُونَ. قَالَ لَوْ كُنْتُ مُسَبِّحًا أَتْمَمْتُ صَلاَتِى يَا ابْنَ أَخِى إِنِّى صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى السَّفَرِ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَصَحِبْتُ أَبَا بَكْرٍ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَصَحِبْتُ عُمَرَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَصَحِبْتُ عُثْمَانَ فَلَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَقَدْ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ).<br /><br />(سنن أبو داود برقم 1225 باب التطوع فى السفر)<br /></big></big></div><br /> Dari Hafsh bin ‘Ashim ia berkata: Saya menyertai Ibnu Umar di perjalanan lalu beliau shalat mengimami kami lalu menghadap kepada kami dan melihat orang-orang berdiri. Beliau bertanya, “Apa yang mereka lakukan?” Saya menjawab, “Mereka melakukan shalat sunnat”. Lalu beliau berkata, “Kalaulah aku melaksanakan shalat sunnat, pasti aku taam kan shalat, wahai keponakanku sesungguhnya aku menyertai Rasulullah Saw dalam safar dan beliau tidak pernah lebih dari 2 raka’at sampai beliau wafat, lalu aku menyertai Abu Bakar, beliau pun tidak pernah lebih dari 2 raka’at sampai wafatnya, lalu menyertai umar, beliau pun tidak pernah lebih dari 2 raka’at sampai beliau wafat, dan aku menyertai Utsman, beliau pun tidak pernah lebih dari 2 raka’at sampai beliau wafat, sedangkan Allah SWT berfirman {{ Sungguh telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah suri teladan yang baik}}<br /><br /> (Sunan Abu Dawud no.1225 Bab Tathawwu’ fis-Safar)<br /><br /> 3. “yusabbihu” pada hadis-hadis tersebut <i>masdar</i>-nya bukan “tasbih” tapi “subhah” yang artinya shalat sunnah. Hal ini tergambar dari pertanyaan Yazid bin Zurai’ kepada Ibnu Umar.<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />فسألته عن السبحة في السفر<br /></big></big></div><br /> 4. Lafadz “yusabbihu” sering digunakan untuk menerangkan shalat sunnat ketika safar di antaranya hadis berikut.<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />عن ابن عمر رضي الله عنهما : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يسبح على ظهر راحلته حيث كان وجهه يومىء برأسه وكان ابن عمر يفعله<br /><br />(رواه البخاري)<br /></big></big></div><br /> Dari Ibnu Umar ra, "Sesungguhnya Rasulullah Saw melaksanakan shalat sunnat di atas kendaraannya kemana saja kendaraannya menghadap, beliau mengisyaratkan dengan kepalanya dan Ibnu Umar melaksanakannya".<br /> (HR Al-Bukhari)<br /><br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-45763716086814612752010-10-11T22:42:00.001+07:002010-10-17T18:59:56.460+07:00TASYKIL PP PEMUDA PERSIS 2010-2015<div style="text-align: justify;"><br /><a href="http://s563.photobucket.com/albums/ss77/pemudabandung/?action=view¤t=Tiar.jpg" target="_blank" title="Ketua Umum PP Pemuda Persis 2010-2015"><img src="http://i563.photobucket.com/albums/ss77/pemudabandung/Tiar.jpg" border="0" alt="Photobucket"></a><br />Bismillahirrahmanirrahim.<br /> <br />Setelah melalui proses diskusi mengenai kalayakan dengan tetap memperhatikan asas keterwakilan semua pihak, akhirnya lima formatur (Tiar Anwar Bachtiar, Latif Awaludin, Nashrudin Syarief, Irfan Firmansyah, dan Ucu Najmudin) pada hari Kamis, 7 Oktober 2010 memutuskan susunan Tasykil Pemuda Persis periode 2010-2015 sebagai berikut.<br /><br /><br /><span class="fullpost"><br />KETUA UMUM : TIAR ANWAR BACHTIAR<br /> <br />SEKRETARIS UMUM : IRFAN FIRMANSYAH<br />Kesekretariatan dan Administrasi : Hikmat Ramdani<br />Humas dan Publikasi : Yudi Wahyudin<br /> <br />BENDAHARA UMUM : UCU NAJMUDIN<br />Wakil Bendahara : Ismail Fajar Romdhon<br /> <br />KETUA I BIDANG KEJAM’IYYAHAN : YUSUF BURHANUDIN<br />SEKRETARIS : INDRA FAJAR NURDIN<br />Bidgar Jam’iyyah<br />Seksi Pengembangan Organisasi : Hilman Fauzi<br />Seksi Pembinaan Tasykil : Andri Mulyadi<br />Bidgar Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri : Andri Hermawan<br /> <br />KETUA II BIDANG PERKADERAN DAN PEMBINAAN ANGGOTA : NASHRUDIN SYARIF<br />SEKRETARIS : RIAN NURYADIN<br />Bidgar Kaderisasi : Wildan Luthfana Rahman<br />Bidgar Pendidikan dan Pembinaan Kader : Muslim Nurdin<br />Bidgar Dakwah, Pemeliharaan, dan Penjaringan Kader : Eka Permana Habibillah<br /> <br />KETUA III BIDANG PELAYANAN UMAT : YUDI RAHMAN<br />SEKRETARIS : FAHMI ALIANSYAH<br />Bidgar Olah Raga dan Seni : Budi Setiawan<br />Bidgar Sosial dan Politik : Ahmad Fadhilah<br />Bidgar Ekonomi : Arif Faisal Latif<br /> <br />LEMBAGA PENGKAJIAN TURATS DAN PERADABAN ISLAM<br />Ketua : Latif Awaludin<br />Wk. Ketua : Nurdin Sya’bana<br /> Sekretaris : Arif Munandar Riswanto<br /> <br />LEMBAGA PENGELOLA DAN STANDARISASI TAFIQ<br /> Ketua : Yudi Rahman (ai)<br /> Wk. Ketua : Wildan Luthfana (ai)<br /> Skretaris : Sani Insan Muhammadi<br /> <br /> <br />Komposisi ini kami yakin tidak selalu akan memuaskan semua pihak. Namun dengan niat semata-mata ingin memajukan organisasi dan mengoptimalkan kaderisasi, maka bismillah kami memutuskan untuk menyusun Tasykil seperti di atas. Tasykil di atas mewakili unsur: PP, PW, PD (Jakpus, Kab. Bandung, Kota Bandung, Tasik, Garut, Sumedang, dan lainnya), juga unsur HIMA Persis. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan dan pertolongan atas ata yang telah kami putuskan sekemampuan kami.<br /> <br />Wassalam.<br /> <br />Tiar Anwar Bachtiar<br />Latif Awaludin<br />Nashrudin Syarief<br />Irfan Firmansyah<br />Ucu Najmudin <br /><br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-12071025482833513492010-09-23T20:54:00.003+07:002010-10-08T23:47:15.176+07:00Hikmah Minum Sambil Duduk<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW34knAu8HL4VhRtYNLRto1pQ-GNNFd2Q-nkATfuZwb4TEjJuqxdcQnW8s_2SEXgmYSVG2Unc7m8D0ytGDfzd4RlxnOF_F3-kxVvdvLBkx1cnwk0meVmfrxokLAX6EQFFhYSb5aVuCdl52/s1600/anatomi.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 259px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW34knAu8HL4VhRtYNLRto1pQ-GNNFd2Q-nkATfuZwb4TEjJuqxdcQnW8s_2SEXgmYSVG2Unc7m8D0ytGDfzd4RlxnOF_F3-kxVvdvLBkx1cnwk0meVmfrxokLAX6EQFFhYSb5aVuCdl52/s320/anatomi.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5520107568827695682" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br />Mengapa ROSULULLAH SAW melarang kita MINUM SAMBIL BERDIRI??? Ternyata, secara medis di dalam tubuh manusia ada penyaring yg bernama SFRINGER, saringan itu bisa membuka ketika kita duduk & menutup ketika berdiri.<br /><br /><span class="fullpost"><br />Air yg kita minum belum 100% steril untuk diolah tubuh kita. Jika kita minum sambil berdiri maka air tidak disaring karena SFRINGER tertutup & jika air yg tidak disaring itu langsung masuk ke kandung kemih, bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal. Masya ALLAH dalam SUNNAH ROSULULLAH ada mukjizat dan manfaat bagi manusia dan dijamin tidak ada yg merugikan, semua perintah dan larangannya adalah bentuk cinta beliau terhadap umatnya.<br /><br />Sfringer adalah suatu struktur maskuler ( berotot ) yang bisa membuka ( sehingga air kemih dapat lewat ) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.<br /><br />Nah jika kita minum berdiri, air yang kita minum tanpa disaring lagi langsung menuju kantung kemih sehingga terjadi pengendapan di saluran ureter.<br /><br />Minimal akan ada 2 penyakit yang akan kita derita jika kita selalu minum dengan berdiri (tidak duduk):<br />1. Setiap air bersih yang kita minum mengandung kapur. Karena sfringer tertutup, saluran kalsium ini akan menumpuk di saluran kencing yang pada akhirnya akan mengkristal. Ini disebut penyakit kencing batu.<br />2. Limbah-limbah ( pengendapan ) yang menyisa di ureter bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal yang merupakan salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Salah satu gejalanya adalah susah buang air kecil.<br /><br />Cara mengatasinya :<br />1. Biasakan minum sambil duduk<br />2. Perbanyak minum air putih<br />Semoga bermanfaat.<br /><br />(dari berbagai sumber)<br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-5031357791091139032010-09-09T08:31:00.004+07:002010-09-14T21:12:29.522+07:00IMAM MAHDI<div style="text-align: justify;"><br /><br />Istilah Imam Mahdi muncul dan berhubungan erat dengan akidah mahdawiyyah, yakni keyakinan bahwa di akhir zaman akan datang seorang juru selamat yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi dari ketidakadilan, kesengsaran, dan kekejaman. Dia akan membawa mereka pada kebahagian dan kedamaian.<br />Sebenarnya cerita tentang “ratu adil” ini terdapat hampir pada setiap pemeluk agama. Orang-orang Persia menantikan datangnya Mesio Darbahmi. Orang-orang Hindu menantikan turunnya Kalki. Orang-orang Yahudi menantikan Mesia. Sementara keyakinan tentang turunnya Mahdi di kalangan sebagian umat Islam, khususnya kaum sufi dan syi’i berpangkal pada kepercayaan Mesio Darbahmi dan Mesia. Diduga kuat yang pertama kali memasukkan paham ini pada kaum muslimin adalah Abdullah bin Saba si Yahudi itu.<br /><span class="fullpost"><br />Mirza Ghulam Ahmad di India, pernah mengaku sebagai Imam Mahdi yang memuji penjajahan kerajaan Inggris atas Hindia dan Pakistan antara lain dalam bukunya yang berjudul “At Tabligh” hal. 190 :<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />إِعْلَمُوا أَيُّهَا اْلإِخْوَانُ إِنَنَا قَدْ نَجَوْنَا مِنْ أَيْدِي الضَّالِمِينَ فِي ضِلِّ دَوْلَةِ هذِهِ الْمَلَيْكَةِ<br /></big></big></div><br />“Ketahuilah wahai saudara-saudara, sesungguhnya kita telah terselamatkan dari tangan orang-orang yang zalim di bawah naungan kerajaan perempuan ini (yaitu Queen Victoria), ratu Ingris tahun 1819-1901”<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />أَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا وُجُودَهَا وَجُودَهَا<br /></big></big></div><br />“Hai Tuhan, berkatilah untuk kami dengan adanya dan kemurahannya (ratu itu).”<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />فَالْحَمْدُ للهِ الَّذِي بَدَّلَنَا مِنْ بَعْدِ خُوفِنَا أَمْنًا وَ أَعْطَانَا مَلِيكَةً رَحِيمَةً كَرِيـمَةً<br /></big></big></div><br />“Sekalian puji-pujian adalah bagi Allah yang telah mengganti kami dari ketakutan menjadi aman dan mengaruniakan kepada kami raja perempuan yang penyayang lagi<br />pemurah.”<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />وَلَعَمْرِي إِنَّ هذَا الْقَوْمَ قَوْمٌ أَرْسَلَهُ اللهُ لَنَا لِخَيْرِنَا<br /></big></big></div><br />“Demi Allah, sesungguhnya kaum (Ingris) ini adalah kaum yang diturunkan Allah untuk kita dan bagi kebaikkan kita.”<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />وَ وَجَبَ عَلَيْنَا شُكْرُهُمْ بِالْقَلْبِ وَ اللِّسَانِ<br /></big></big></div><br />“Dan wajib kita bersyukur kepada mereka dengan hati serta lidah.”<br /><br />Kemudian Raymond Paul Pierre Westerling, pernah juga merealisasikan pengakuannya sebagai ratu adil (Imam Mahdi). Dan ia mampu membunuh 40. 000 rakyat Sulawesi Selatan. Kemudian menyerang kota Bandung tahun 1950 secara tiba-tiba sehingga menimbulkan korban yang banyak. Dan masih banyak lagi orang-orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi.<br /><br />Tentang Imam Mahdi ini, baik dalam Alquran maupun hadis yang sahih tidak terdapat satu keterangan pun yang menjelaskan adanya. Malah sampai pada abad pertengahan Islam tidak ada seorang pun yang mengenalnya.<br /><br />Adapun hadis-hadis tentang Mahdi itu seluruhnya hadis palsu dan penipu. Adapun hadis-hadis termaksud adalah sebagai berikut:<br /><br /><b>Hadis Kesatu</b><br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><big><br />عَنْ اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ اَلْمَهْدِى مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ. رواه أبو داود وابن ماجة والـحاكم<br /></big></big></big></div><br />Dari Ummu Salamah, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi di antara keturunanku, yaitu cucu fatimah.” (H.r. Abu Daud, Sunan Abu Daud, III:310; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah IV:414; dan al-Hakim, al-Mustadrak IV:557).<br /><br />Hadis Kedua<br /><br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي. -رواه أبو داود والترمذي وابن حبان وابن أبي شيبة و أبو نعيم-<br /></big></big></div><br />Dari Ibnu Masud, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Dunia tidak akan binasa sehingga seorang laki-laki dari ahlu baitku yang namanya sesuai dengan namaku menguasai Arab.” (H.r. Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, VI:42, No. 3.571, hal. 44 No. 3.572, hal. 45 No. 3.573, VII:174, No. 4.098, hal. 311, No. 4.279; Abu Daud, Sunan Abu Daud, III:310; At-Tirmidzi, Tuhfatul Ahwadzi VI:485; Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban VII:576; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf VIII:678; dan Abu Nu’aim, Hilyatul Aulia III:101-102).<br /><br />Hadis Ketiga<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ عَلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ اَلْمَهْدِى مِنَّا اَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللُه فِى لَيْلَةٍ. -رواه احمد وابن ماجة وابن أبي شيبة.<br /></big></big></div><br />Dari Ali, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi dari kami ahlul bait, Allah membimbingnya dalam satu malam.” (H.r. Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad ; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah IV:413; dan Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf VIII:678).<br /><br />Hadis Keempat<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ لاَ يَزْدَادُ اْلأَمْرُ إِلاَّ شِدَّةً وَلاَ الدُّنْيَا إِلاَّ إِدْباَرًا وَلاَ النَّاسُ إِلاَّ شُحًّا وَلاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ وَلاَ الْمَهْدِيُ إِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ. رواه ابن ماجة والـحاكم-<br /></big></big></div><br />Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak akan bertambah perkara itu (berpegang kepada agama dan sunnah) kecuali bencana, dan tidaklah dunia kecuali mati, dan tidaklah manusia kecuali rakus, dan tidak akan terjadi kiamat kecuali manusia dalam keadaan jahat, dan tidak ada mahdi kecuali Isa bin Maryam.”<br />(H.r. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah IV:378; al-Hakim, al-Mustadrak IV:441).<br /><br />Hadis Keenam<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ عُثْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ الْمَهْدِي مِنْ وَلَدِ الْعَبَّاسِ عَمِّى. -رواه الدارقطنى.<br /></big></big></div><br />Dari Usman, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi itu keturunan Al-Abbas pamanku.” (H.r. Ad-Daraquthni, Silsilah al-Ahadits ad-Dha’ifah I:108).<br /><br />Hadis Ketujuh<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ مِنَّا الَّذِي يُصَلِّى عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ خَلْفَهُ. -رواه أبو نعيم-<br /></big></big></div><br />Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘(al-mahdi) dari kami yang Isa bin Maryam akan bermakmum kepadanya.” (H.r. Abu Nu’aim, al-Manarul Munief, hal. 134).<br /><br />Hadis Kedelapan<br /><div style="text-align: center;"><br /><big><big><br />عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ اَلْمِهْدِي مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلاَنْفِ يَمْلأُ اْلاَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلأَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا وَيَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ. - رواه أبو داود والـحاكم-<br /></big></big></div><br />Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi sebelumnya dipenuhi dangan kezhaliman dan pelanggaran. Dan ia akan berkuasa selama 7 tahun.” (H.r. Abu Daud, Sunan Abu Daud, III:310; al-Hakim, al-Mustadrak IV:557)<br /><br />Keterangan:<br /><br /><b>A. Sanad</b><br /><br />1. Hadis kesatu dha’if, karena semua sanadnya melalui seorang rawi yang bernama Ziyad bin Bayan dari Ali bin Nufail. Adz-Dzahabi berkata: “Hadisnya tidak sahih”. Al-Bukhari berkata, “fi isnadihi nazharun (pada sanadnya perlu diteliti).” (Mizanul I’tidal II: 87 ). Al-Uqaili berkata, “ Tidak ada mutabi’ atas Ali bin Nufail, dan ia tidak dikenal kecuali dengan hadis itu.” (Mizanul I’tidal III:160 ).<br /><br />2. Hadis kedua dha’if, karena semua sanadnya melalui seorang rawi bernama Ashim bin Bahdalah (Abun Najud), dia Buruk hapalan (Mizanul I’tidal II: 357). Hadis tersebut diriwayatkan pula oleh : <br />a. Al-Bazzar (Musnad Al-Bazzar VIII : 256), Ibnu Adi (Al-Kamil I : 129) dan Abu Nu’aim (Silsilah hadis-hadis shahih IV :38) dari Qurrah bin Ayas. Pada sanandnya terdapat seorang rawi bernama Daud bin Al-Muhabbir. Kata Abu Hatim, “Dzahibul hadits (dia pemalsu hadis).” Kata Ad-Daruquthni, “Matrukul hadits (hadisnya ditinggalkan).” (Tahdzibul Kamal VIII:446-447)<br /><br />b. Abu Daud (Sunan Abu Daud III:310) dari Ali bin Abu Thalib. Pada sanadnya terdapat rawi bernama Fithr, dia Syi’ah Rafidhah. (Siyaru A’lamin Nubala VIII:31).<br /><br />c. Ahmad (Musnad al-Imam Ahmad, XVIII:209-210, No. 11.130, XVIII:416, No. 11.313) dan Abu Nu’aim (Hilyatul Aulia, III:101-102) dari Abu said. Pada sanad Ahmad ada rawi bernama Mathar bin Thuhman. Dia Shaduq (jujur), banyak salah (Tahdzibul Kamal XXVIII:54). Sedangkan pada sanad Abu Nu’aim ada rawi bernama Haudzah. Kata Yahya bin Ma’in: “Dia tidak terpuji (dalam periwayatan)”<br />Ditanyakan kepadanya: “Kenapa ?” dia menjawab, “Tidak ada seorang pun yang meriwayatkan hadis-hadis ini sebagaimana yang dia riwayatkan, dan dia juga bisu.” (Tahdzibul Kamal XXX:323).<br /><br />3. Hadis ketiga dha’if, karena semua sanadnya melalui rawi bernama Yasin al-’Ajli. Imam Al-Bukhari berkata, “fihi nazharun (dirinya perlu diteliti), dan saya tidak mengetahui satu hadispun riwayatnya selain ini (Tahdzibul Kamal XXXI:182). Syekh Ibnul Hammam berkata: “Bila Al-Bukhari mengatakan fihi nazharun pada seseorang, maka hadisnya tidak dapat dipakai hujjah, tidak dapat menjadi syahid, dan tidak pantas untuk i’tibar.” (Tuhfatul Ahwadzi III:528).<br /><br />4. Hadis keempat dha’if, karena pada sanadnya terdapat rawi bernama Muhammad bin Khalid al-Junadi, dia majhul (tidak dikenal) (Ta’liq ala Tahdzibul Kamal XXV:147). Dan Hasan al-Bishri, dia mudallis (pelaku hadis mudallas) (Silsilah Hadis-hadis Dhaif I:103).<br /><br />5. Hadis kelima dhaif, karena pada sanadnya terdapat rawi bernama Muhammad bin Al-Walid, dia pemalsu hadis (Silsilah Hadis-hadis Dhaif I:108).<br /><br />6. Hadis keenam dha’if, pada sanadnya terdapat dua orang rawi bernama al-Jayyid bin Nazhief dan Ja’far bin Thariq. Nama keduanya tidak dikenal di kalangan ahli hadis. Dan Al-Jayyid tidak tercatat sebagai murid Abu Nadhrah.<br /><br />7. Hadis ketujuh dha’if, pada sanadnya terdapat dua orang rawi bernama Imran bin Dawar. Kata Ad-Daruquthni, “Dia sering menyalahi (rawi tsiqat) dan banyak waham.” (Ta’liq Tahdzibul Kamal XXII:330). Dan Sahl bin Tamam, Kata Ibnu Hajar, “Dia shaduq (jujur), (sering) keliru” (Ta’liq Tahdzibul Kamal XII:177). Selain itu hadis-hadis tentang Imam Mahdi diriwayatkan pula oleh:<br /><br />1. Ibnu Majah, Abu Nu’aim, dan Al-Bazzar dari Anas bin Malik<br /><br />2. Ahmad, Abu Nu’aim, Abu Ya’la, At-Thabrani, Al-Hakim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi dari Abu Said.<br /><br />3. Ibnu Majah, Abu Nu’aim, dan Ahmad dari Tsauban.<br /><br />4. Ibnu Majah dan At-Thabrani dari Abdullah bin Al-Harits<br /><br />5. At-Tirmidzi, Ibnu Hiban, Al-Bazzar, At-Thabrani, Abu Ya’la dan Ad-Daruquthni dari Abu Hurairah.<br /><br />6. At-Thabrani dan Al-Bazzar dari Qurrah bin Ayas<br /><br />7. At-Thabrani dari Thalhah bin Ubaidillah<br /><br />8. Abu Nu’aim dan At-Thabrani dari Ibnu Umar<br /><br />9. At-Thabrani dari Ummu Habibah<br /><br />10. Abu Nu’aim dari Hudzaifah<br /><br />11. Abu Nu’aim dari Abdurrahman bin Auf<br /><br />12. Abu Nu’aim dan Al-Bazzar dari Jabir<br /><br />13. Abu Nu’aim dari Abdullah bin Amr<br /><br />14. Abu Nu’aim dan Ibnu Asakir dari Al-Husain<br /><br />15. Ad-Daruquthni dari Muhammad bin Ali<br /><br />16. Nu’aim bin Hammad dari Amr bin Al-Ash<br /><br />17. Nu’aim bin Hammad dari Abu Qubail<br /><br />18. Nu’aim bin Hammad dari Ammar bin Yasir<br /><br />19. Nu’aim bin Hammad dari Ka’ab<br /><br />20. Abu Ya’la dari Aisyah<br /><br />Namun semuanya tidak terlepas dari kedaifan.<br /><br /><b>B. Matan</b><br /><br />Kemudian ditinjau dari segi matan, hadis-hadis tentang al-mahdi simpang-siur, tidak ada keserasian sehingga tidak dapat diambil kesimpulan. Ada yang menyebutkan dia keturunan Fatimah. Ada yang menyebutkan keturunan Al-Abbas paman Nabi. Ada pula yang menyatakan al-Mahdi itu Isa bin Maryam. Lalu tentang masa kekuasaan al-Mahdi, ada yang menerangkan lima tahun, tujuh tahun, sembilan tahun, bahkan ada yang menyebutkan dua puluh tahun.<br /><br />Berdasarkan tinjauan sanad dan matan tersebu, kami berkesimpulan bahwa hadis-hadis di atas tidak dapat dijadikan hujjah tentang keberadaan Imam Mahdi karena semuanya dha’if. Dalam kitab Asnal Mathalib disebutkan:<br /><br />اَحِادِيْثُ الْمَهْدِى كُلُّهَا ضَعِيْفَةٌ لَيْسَ فِيْهَا مَا يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ وَلاَ يُغْتَرُّ بِمَنْ جَمَعَهَا فِى مُصَنَّفَاتٍ (أسنى المطالب ص. 588<br /><br />“Hadis-hadis tentang al-Mahdi semuanya dha’if, tidak ada satupun padanya yang bisa dijadikan pegangan (dalil). Dan jangan tertipu oleh orang yang menghimpunnya dalam berbagai kitab.” (Asnal Mathalib, hal. 588).<br /><br />Kesimpulan:<br />Berita tentang munculnya Imam Mahdi adalah takhayyul, dan orang yang mempercayainya musyrik. (Ibnu Muchtar)<br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-67681824597779781352010-09-05T21:40:00.005+07:002010-09-14T21:14:08.878+07:00Kilas Pandang Lailatul Qadr<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcTza4zexez6rozz0vtvL186Cm3gzHxK7syDAJojrjTVFRCd3zIyzFXgcTZD5KLgA-TLm4LGhHjNuNMj1AexBcA3Y8i8V3mKTC3UANsEVeQqw2weCj9SohcQpZntvwHb54v0RN1TNDU96M/s1600/Lailatul+Qadr.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 244px; height: 209px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcTza4zexez6rozz0vtvL186Cm3gzHxK7syDAJojrjTVFRCd3zIyzFXgcTZD5KLgA-TLm4LGhHjNuNMj1AexBcA3Y8i8V3mKTC3UANsEVeQqw2weCj9SohcQpZntvwHb54v0RN1TNDU96M/s320/Lailatul+Qadr.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5513724988046704514" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /><br />Penulis: <b>Rajendra Kartawiria</b> (Quranic Quotient Centre)<br />Manfaatkan malam Ramadhan untuk memperluas ilmu dan membangun keyakinan.<br /><big>Mengapa Ramadhan?</big><br />Dalam Islam kita mengenal adanya 4 bulan suci, yaitu Dzulka’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Ramadhan yang berarti panas pun tidak termasuk sebagai bulan suci. Mengapa Ramadhan dipilih untuk puasa sebulan penuh?<br />Dalam ilmu astronomi, Radiasi Matahari memiliki siklus 11 tahunan. Tahun 2007 sendiri merupakan akhir dari siklus ke 23 sejak pengamatan pertama pada abad 18. Bumi dilindungi Magnestosphere, sehingga dampak badai radiasi bukan terjadi pada sisi bumi yang menghadap matahari (siang hari).<br /><span class="fullpost"><br />Saat badai radiasi matahari datang, dampaknya terasa pada bagian bumi yang membelakangi matahari (malam hari).<br />Radiasi di malam hari mempengaruhi tingkat getaran otak.<br />Radiasi dan gravitasi bulan purnama meningkatkan permukaan air laut dan kehidupan makhluk laut di malam hari. Juga menarik air dalam membran otak dan lebih menggetarkan sel-sel otak. Getaran sel otak menggambarkan tingkat kesadaran dan aktivitas otak.<br />Umat muslim dianjurkan puasa sunnah 3 hari “shaumul biidh” pada saat terang bulan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan-bulan Hijriyah dan menghidupkan malam-malamnya.<br />Tingkat radiasi bervariasi 0-100,000 dan di skala S1-S5 oleh NOAA.<br />Berdasarkan pengamatan, radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 terjadi 10 kali dalam satu siklus 11 tahunan, atau terjadi setiap 13 bulan sekali. Radiasi sebesar 1000 MeV particles s-1 ster-1 cm-2 ini digolongkan dalam skala S3, dan mulai berbahaya bagi manusia sebesar 1 chest x-ray.<br />Radiasi dengan siklus 11,7 bulan (1 tahun hijriyah) adalah sebesar 800 MeV particles s-1 ster-1 cm-2.<br />Mengarah pada hipotesa malam Lailatul Qadar "Malam kemuliaan itu lebih baik dari<br />seribu bulan (QS Al Qadr 97:3)".<br /><b>Building Block …</b><br />* Siklus satu tahunan (hijriyah) bernilai 1000 x bulan purnama<br />* Malam yang nilainya 1000 bulan purnama adalah Lailatul Qadr<br />* Lailatul Qadr terjadi di bulan Ramadhan<br />* Jadi siklus badai matahari yang berulang setiap satu tahunan (hijriyah) terjadi setiap bulan Ramadhan<br />Itulah sebabnya…<br />* Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka senang merenungkan hakekat kehidupan, bertapa, pada setiap bulan Ramadhan.<br />* Secara umum wahyu-wahyu tentang ajaran agama yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi, banyak yang diturunkan di malam-malam bulan Ramadhan.<br />* Penataan ayat-ayat Al Quran ke dalam surat-surat seperti yang tersaji saat ini, dilakukan Nabi Muhammad pada malam-malam bulan Ramadhan.<br />* Umat muslim diajak untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan<br />* Lebih utama adalah i’tiqaf di masjid pada 10 malam terakhir, pada malam-malam<br />sebelum dan setelah Lailatul Qadr Energi ekstra untuk pembelajaran di bulan Ramadhan…<br />* Untuk bisa mengaji malam Ramadhan dibutuhkan energi ekstra<br />* Kenyataannya puasa siang hari bukanlah menyebabkan tubuh kekurangan/kehabisan energi<br />* Justru puasa menghemat energi tubuh 10% karena tidak digunakan untuk mencerna makanan<br />* Energi yang dihemat ini sangat membantu pemahaman pelajaran di malam hari<br />Three in One di bulan Ramadhan…<br />1. Efektif memahami Al Quran di malam hari<br />2. Detoksifikasi dan Manajemen Energi di siang hari<br />3. Kembali fitrah setelah berpuasa 28 hari berturut-turut<br /><br /><big>Manfaatkan malam-malam Ramadhan…</big><br />* Untuk dapat dengan mudah memahami makna kehidupan secara komprehensif dan benar, manfaatkan keenceran otak di kesunyian malam Lailatul Qadr<br />* Untuk mendapat pemahaman lebih luas, malam-malam di sekitar Lailatul Qadr juga oke (10 malam terakhir Ramadhan)<br />* Lebih oke lagi kalau dimulai malam pertama Ramadhan, mumpung siangnya berpuasa<br />* Hasil renungan malam ini harus dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari<br />* Nikmat hidup akan diperoleh jika kita berkontribusi positif kepada kehidupan dunia dengan berserah diri kepada-Nya<br />* Nikmat kehidupan akhirat akan diperoleh bila kita mampu selalu menikmati dan mensyukuri kehidupan dunia<br /><a href="http://bengawansolo.net/berita/berita-nasional/232-fakta-ilmiah-kenapa-1-malam-lailatul-qodar-lebih-mulia-dari-1000-bulan.html"> sumber referensi</a><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-69691781019405027652010-05-21T08:49:00.003+07:002010-05-21T08:58:24.139+07:00TANGGAPAN BALIK: TENTANG IBNU 'AQIL<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPILFlt5V8F8U1UdKlftSXilr2vmAy22NRGPkBJiLFAD6Gzu3KzagmzvGGmmhN7w7XOBIkyGYIvZ0bzRbTWLkUWhbWSu84_CQRVuaWnGuSgsVo1L5TOUc2n2TZiMdUUkbnrOf9byu0_szH/s1600/redo.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 127px; height: 123px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPILFlt5V8F8U1UdKlftSXilr2vmAy22NRGPkBJiLFAD6Gzu3KzagmzvGGmmhN7w7XOBIkyGYIvZ0bzRbTWLkUWhbWSu84_CQRVuaWnGuSgsVo1L5TOUc2n2TZiMdUUkbnrOf9byu0_szH/s320/redo.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5473536704298914946" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br />ANA (Abu Nabhan) menghaturkan jazakumullaahu khairan katsiran atas tanggapannya. Padahal tidak ditanggapi pun tulisan ANA tidak ada apa-apanya, dan mudah-mudahan harapan Majmu'ah terwujud dan ini hanyalah pembelajaran diskusi atau lebih tepatnya DIDISKUSIAN, bukan berpolemik apalagi cari perhatian.<br /><span class="fullpost"><br />Sebenarnya kalau bukan terdorong syiddatul hajat dari rekan-rekan Pemuda Persis, untuk menulis di ruang seluas dan selebar ini sangat tak mungkin ANA lakukan. Apalagi untuk menanggapi orang lain.<br />Karena seyogyanya ahli ilmu yang sudah mumpunilah yang layak dan memiliki ahliyat untuk melakukannya.<br /><br />Qa'idah "al-Jarh (al-Mufashshal/al-Mubayyan as-Sabab) Muqaddamun 'ala at-Ta'dil" merupakan qa'idah ma'lumah dan itu pun berlaku bila terjadi Ta'arudl antara jarh dan ta'dil. Justru jatuhnya Ibnu 'Aqil kepada martabat Hasan itu karena adanya jarh tersebut, sebagai titik temu dari adanya jarh dan ta'dil terhadapnya.<br />ANA yakin, yang menilainya "hasan" seperti:<br />• Imam adz-Dzahabiy (pada Mizan al-I'tidal jilid II hal. 485 dan al-Mughniy juz I hal. 354)<br />• Imam al-Bukhariy (pada Muqaddimah al-Kasyif juz I hal. 38 dan pada Sunan at-Tirmidziy, Abwab at-Thaharah juz I hal. 177 bab maa jaa-a fil mustahadlah annahaa tajma'u bainash shalatain biguslin wahidin hadits no. 128)<br />• Imam Ahmad (pada Sunan at-Tirmidziy juz I hal. 177)<br />• Imam At-Tirmidziy (pada Sunan at-Tirmidziy juz I hal. 176)<br />• Imam Al-Albaniy (Shahih wa Dla'if Sunan at-Tirmidziy pada Hadits no. 3 dan 128)<br />• Imam Al-Haitsamiy (Majma' az-Zawaid juz IV hal. 57 tentang hadits shadaqah 'aqiqah riwayat Ahmad pada Musnadnya no. 27738)<br /><br />Mereka semua memahami qa'idah tersebut.<br /><br />Dan tentang Ibnu 'Aqil, pengetahuan jarh ta'dil ANA jauh di bawah mereka, oleh karena itu -untuk saat ini- sulit untuk tidak mempertimbangkan penilaian mereka.<br />Dan menurut hemat ANA, mereka berpendapat bahwa hapalan yang dipermasalahkan pada Ibnu 'Aqil ialah yang kini disebut "Khafif adl-Dlabt". Dengan demikian sebenarnya tidak terjadi ta'arudl antara jarh dan ta'dil terhadapnya.<br /><br />Dan terus terang, pemahaman Majmu'ah terhadap Ibnu 'Aqil seperti itu (dla'if) berikut alasannya (al-Jarh Muqaddamun 'ala at-Ta'dil) adalah "qaul qadim" ANA (tahun 2002 silam).<br /><br />Yang menjadi persoalan adalah sejauh mana kita memahami maqasid lafaz-lafaz jarh maupun ta'dil dan manhaj khas para ulama secara proporsional. Oleh karenanya:<br /><br />1. Menurut Majmu'ah yang menta'dil hanya al-Bukhariy dan Al-'Ijliy. Bukankah Imam Ahmad, Ishaq dan al-Humaidiy menjadikan hujjah dengannya? (lihat Sunan at-Tirmidziy juz I hal. 85 tentang hadits no. 3 pada Abwab at-Thaharah, Mizan al-I'tidal jilid II hal. 484, Tadzhib Tahdzib al-Kamal jilid V hal. 298, Tahdzib al-Kamal jilid XVI hal. 84, Tahdzib at-Tahdzib juz IV hal. 476)<br />Apakah ini jarh atau ta'dil? Dan apa alasan mereka?<br />2. Di antara yang menjarh mufashshal adalah Ibnu Khuzaimah, apakah beliau termasuk mutasyaddidah, mu'tadilah atau mutasahilah?<br />3. Imam Ahmad berkata; Munkarul hadits. Apakah Majmu'ah bisa menjelaskan maksudnya apa? Dan apakah itu jarh?<br />4. Bila menurut Majmu'ah Imam Ahmad menjarhnya;<br />Mengapa menjadikannya sebagai hujjah? (sebagaimana kata al-Bukhariy dan Ibnu al-Madiniy)<br />Mengapa mengatakan haditsnya "hasan shahih?” (sebagaimana pada hadits at-Tirmidziy no. 128).<br /><br />Wallahu a'lam. <br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-59816626335345154392010-04-25T20:16:00.009+07:002010-09-14T21:18:27.333+07:00SOAL KEDHAIFAN IBN AQIL; SEBUAH TANGGAPAN<div style="text-align: justify;"><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0CsptxxsE85zaTG0yYxD4nRjSySnqwho-_hg3u9rx31VKx2QYur43RiN-i8lhb9diRWEz8y5xPt6LXjv2haF2r1GlfThbQP9swrIU2brB9xv0Ge1af8LayZ6pyQgfPvZgEK_iXf7XnTOq/s1600/undo.JPG"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 112px; height: 110px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0CsptxxsE85zaTG0yYxD4nRjSySnqwho-_hg3u9rx31VKx2QYur43RiN-i8lhb9diRWEz8y5xPt6LXjv2haF2r1GlfThbQP9swrIU2brB9xv0Ge1af8LayZ6pyQgfPvZgEK_iXf7XnTOq/s320/undo.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5464073501148827026" /></a><i>Jazakumullah Khairan Katsiran</i> atas tanggapan <b>Ust. Abu Nabhan <i>(PD. Pemuda Persis Kab. Bandung)</i></b>. Kami menerima baik atas tanggapan yang sarat ilmu tersebut. Mudah-mudahan diskusi ini menjadi <i>shock therapy</i> bagi daya kritis umat Persis yang mulai “krisis”. <i>Wabil khusus</i>, semoga diskusi ini menjadi amal shaleh dalam upaya mengembalikan “Mutiara Yang Hilang” yakni ghirah pengembangan ilmu hadis. Dan secara lebih spesifik diharapkan menjadi bahan pemikiran bagi Asatidzah di Pesantren Persatuan Islam, yang kian hari kian dituntut untuk senatiasa meningkatkan validitas hasil-hasil kajiannya.<br /><br />Sebelum memberikan tangggapan balik kepada <b>Ust. Abu Nabhan</b>, terlebih dahulu kami akan mengemukakan standarisasi dan manhaj kami dalam menentukan kedudukan seorang rawi.<br /><span class="fullpost"><br /><b>STANDARISASI PENILAIAN RAWI</b><br />Dalam meneliti perawi hadis, kami telah memaksimalkan usaha untuk mengikuti manhaj para ulama. Terbukti, ketika menyajikan penilaian terhadap rawi dalam makalah kami, hal itu merupakan hasil dari proses Study Komparatif antara <i>Mu’addilun</i> Versus <i>Mujarrihun</i>.<br /><br />Misalnya, ketika menjarh Muhammad bin Ishaq, kami hanya menyebutkan bahwa beliau Mudallis. Padahal, Imam Ahmad menjarhnya dengan jarh yang keras: Dajjalun Minad Dajjalaah (ia salah-satu Dajjal). Kami tidak mengambil jarah Imam Ahmad, karena antara Imam Ahmad dan Muhammad bin Ishaq pernah terjadi “konflik”. Para ulama pun sepakat bahwa jarhnya Imam Ahmad kepada Muhammad bin Ishaq tidak diterima. Hal ini sebagaimana terjadi pada jarhnya Imam an-Nasa’i terhadap Ahmad bin Shalih al-Mishriy, jarhnya Sufyan at-Tsauriy kepada Abu Hanifah, jarhnya Ibnu Ma’in kepada as-Syafi’i, dan jarhnya Muhammad ad-Dzuhliy kepada Imam al-Bukhari, dll.<br />Study Komparatif ini kami lakukan karena dilatarbelakangi oleh:<br />a. Tidak setiap jarh itu diterima, misalnya karena:<br />1. Antara Jaarih dan Majruuh pernah terjadi “Konflik”<br />2. Jarah Aqron<br />3. Si Jaarih-nya sendiri Majruuh.<br /><br />b. Realitas menyatakan bahwa di antara para imam ahli naqd, terbagi kepada 3 (tiga):<br />1. Haadun fil Jarhi/mutasaddid fil Tausiq (berlebihan dalam menjarh/ketat (punya standar tinggi dalam menjarh)<br />2. Mu'addil (moderat)<br />3. Mutasahhil fit Tausiq (longgar/ punya standar tinggi dalam pentsiqatan)<br /><br />c. Keadaan lapadz jarh, seperti:<br />1. Ada jarh yang mujmal<br />2. Ada jarh yang mufasshal/tafshiil<br /><br /><br /><b>MASALAH ABDULLAH BIN MUHAMMAD BIN AQIL</b><br />Ketika menilai Abdullah bin Muhammad bin Aqil, kami dihadapkan kepada 2 berita mengenai beliau: [1] Berita yang menta’dil, [2] Berita yang menjarh<br /><br /><u>Berita yang menta’dil</u><br />Berita ta’dil ini kami “terima” dari al-Bukhari dan al-Ijliy. Al-Bukhari berkata, “Muqqaribul hadis”. Al-Ijliy berkata, “Madaniy Tabi’iy tsiqatun Jaaizul hadis”.<br /><br /><u>Berita yang menjarh</u><br />Berita jarh ini kami terima dari lebih 16 Imam ahli Naqd. Ada yang Mujmal ada yang Mufasshal. Di antara yang Mufasshal adalah berita yang kami “terima” dari:<br />1. Ibnu Khuzaimah : La Ahtajju bihi Lisuui khifdzihi (aku tidak berhujjah dengannya karena jelek hapalannya)<br />2. Abu Ma’mar : Kaana Ibnu Uyainah La yahmadu hifdzihi.<br />3. Ibnu Sa’ad : Kaana Munkarul hadis, la yahtaajuuna bihaditsihi wakaana katsirul ilmiy<br />4. Imam Ahmad : Kaana Munkarul hadis.<br /><br /><b>MANHAJ KAMI</b><br />Dalam menyikapi kedua berita di atas (berita ta’dil, berita jarah), kami mengikuti manhaj para ulama, yakni:<br /></div><br /><div style="text-align: center;"><br /><b><big><big><br />اَلْجَرْحُ مُقَدَّمٌ عَلَى التَّعْدِيْلِ إذَا كَانَ مُبَيَّنُ السَّبَبِ<br /></b></big></big><br />“Berita jarh didahulukan dari berita ta’dil bila dijelaskan sebabnya”<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><b>KESIMPULAN</b>:<br />Berpijak pada manhaj para ulama, kami berkesimpulan bahwa Abdullah bin Muhammad bin Aqil adalah rawi dhaif.<br /><br /><b>KAJIAN KHUSUS</b><br />1) Istilah Munkarul Hadis<br />Istilah Munkarul Hadis digunakan oleh hampir seluruh ahli Naqd. Imam al-Iraqi dan ad-Dzahabi menempatkannya pada lapadz jarh martabat ke IV. Sedangkan as-Syakhawiy menempatkannya pada derajat ke V. Begitupun an-Naaqid abad-abad sebelumnya, seperti Imam Ahmad, al-Bukhari, dll.<br />Istilah Munkarul Hadis ini memiliki dua makna:<br />1. Makna Umum<br />Munkarul hadis ialah sifat bagi seorang rawi yang mesti ditinggalkan hadisnya. Atau menurut Imamm al-Bukhari adalah rawi yang tidak halal meriwayatkan darinya.<br />2. Makna Khusus<br />Munkarul hadis secara khusus digunakan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya ditujukan kepada rawi yang tsiqah, dengan arti:<br />a. Apabila periwayatan seorang rawi yang tsiqah tidak mukhalafah dengan periwayatan rawi lain yang <i>Autsaq</i>, maka ungkapan itu menunjukkan tafarrud (rawi tersebut sendirian dalam meriwayatakan hadis)<br />b. Apabila periwayatan rawi yang tsiqah itu mukhalafah dengan periwayatan rawi yang Autsaq, maka ungkapan ini menunjukkan bahwa rawi tersebut Mukhalafah dengan periwayatan rawi yang Autsaq. Jadi rawi tersebut dikritik bukan dilihat dari aspek kepribadiannya, namun dari segi periwayatannya yang mukhalafah dengan rawi lain yang Autsaq.<br /><b>Pertanyaan</b>: <i><big>Apa Maksud Munkarul Hadis Imam Ahmad dan Ibnu Sa’ad pada Abdullah bin Muhammad bin Aqil? Makna Umum atau Makna Khusus?</i></big><br /><br />2) Istilah Sayyiul Khifdzi<br />Istilah Sayyiul Khifdzi ialah rawi yang lebih kuat segi salahnya dibanding segi benarnya. Sayyiul Khifdzi ada 2 macam:<br />a. Sayyiul khifdzinya itu ia derita semenjak lahir. Hadis rawi seperti ini dinamai Hadis Syadz (menurut sebagian ulama). Hukum hadisnya Mardud (tertolak)<br />b. Sayyiul khifdzinya itu ia derita kemudian, baik karena pikun, karena kebutaan, atau karena terbakar kitab-kitabnya. Hadis yang seperti ini dinamai Hadis Mukhtalat. Hukum hadisnya:<br />1. Maqbul (diterima), bila ia meriwayatkanya sebelum ikhtilat.<br />2. Mardud (tertolak), bila ia meriwayatkan sesudah ikhtilat<br />3. Tawaquf (ditangguhkan), bila tidak diketahui apakah dia meriwayatkannya setelah ikhtilat/sebelum ikhtilat.<br /><br />3) Istilah Shaduq<br />Istilah Shaduq juga digunakan oleh hampir seluruh ahli Naqd. Istilah Shaduq ini adalah istilah untuk men-ta’dil (menilai baik) seorang rawi, lebih khusus men-ta’dil segi ‘adalah-nya. Dengan kata lain lafadz Shaduq hanya menta’dil dimensi ‘adalah (kepribadian seorang rawi) tanpa disertai dimensi dhabt-nya (intelektualnya). Tidak seperti istilah Tsiqat ia menta’dil dimensi ‘adalah dan dhabt.<br /><br />Oleh karena itu lapadz Shaduq sering digandengkan dengan istilah yang mengggambarkan kecacatan pada dhabt-nya. Seperti Ibnu Hajar sering mengungkapkan istilah:</div><br /><div style="text-align: center;"><br /><b><big><big><br />صدوق سيئ الحفظ " أو " صدوق يهم " أو " له أوهام " أو " يخطئ " أو " تغير بأخرة "،<br /></b></big></big></div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Ibnu Hajar ketika menilai rawi Muhammad bin Abdillah bin Aqil beliau berkata:<br /></div><div style="text-align: center;"><br /><b><big><big><br />صدوق في حديثه لين ويقال تغير بأخرة ( تقريب التهذيب 1: (321<br /></b></big></big></div><br /><div style="text-align: justify;"><br />“Ia Shaduq. Dalam hadisnya ada Liinun". Ada yang berkata, "Ia berubah ingatannya di akhir hidupnya (pikun)”.<br />Hemat kami, yang mengatakan bahwa dia itu berubah ingatan di akhir hidupnya adalah Sufyan bin Uyainah:</div><br /><div style="text-align: center;"><br /><b><big><big><br />عن علي بن المديني قال سفيان بن عيينة رأيته يحدث نفسه فحملته على أنه قد تغير<br /></b></big></big><br /></div><br />Dari Ali al-Madiniy ia (berkata), Sufyan bin Uyainah berkata: “Aku melihatnya (Abdullah bin Muhammad bin Aqil) berbicara sendiri, aku berkesimpulan bahwa dia telah tagayyara (pikun)".<br /><div style="text-align: justify;"><br /><br /><b>STUDI KOMPARATIF</b><br />Antara lapadz Shaduq Ibnu Hajar dan lapadz Sayyiul khifdzi Ibnu Huzaimah tidaklah bertentangan. Malah satu sama lainnya saling menjelaskan. Seperti dikatakan di atas, lapadz shaduq hanya menta’dil dimensi ‘adalah (keperibadian seorang rawi) tanpa disertai dimensi dhabt-nya (intelektualnya). Dengan demikian dari kedua komentar itu bisa diambil kesimpulan bahwa Abdullah bin Muhammad Aqil adalah Shaduq dari dimensi kepribadiannya (‘adalahnya), tetapi Sayyiul khifdzi intelektualnya (dhabt-nya). Sayyiul khifdzi-nya ia derita kemudian, yakni di akhir usianya (pikun). Kesimpulan ini diambil berdasarkan ucapan Sufyan bin Uyainah di atas. Dan hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan pentsiqatan al-Ijliy. Dengan kata lain, pada asalnya Abdullah bin Muhammad bin Aqil adalah rawi yang tsiqat, namun setelah menjelang tua ia mengalami Ikhtilath.<br /><b>Pertanyaan</b>: <i><big>Apakah hadis ini diriwayatkan olehnya setelah atau sebelum ikhtilath?</i></big><br /><i>Wallahu ‘alam bis Shawab</i><br /></div><div style="text-align: right;"><br /><b><a href="http://www.facebook.com/home.php?#!/topic.php?uid=70460698269&topic=15441&post=95940#post95940">Usman Burhanuddin</a></b><br /><i>(MAJMUAH, Majlis Mudzakarah-Lembang)</i><br /><big>Lembang, Sabtu, 24-04-2010</big><br /><br /><br /></div></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-8505184988244150792010-04-16T20:36:00.003+07:002010-04-16T21:22:27.470+07:00DHAIFKAH ABDULLAH BIN MUHAMMAD BIN AQIL?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhQkrZYa1FTdDqphjXAmGWbhjyxuXTLZGyAH64Pyb1ziQUkN00vyDyz2Q2AgVn-EWDl8t7qZvv9yk8YN0FirgSytFl1-1HscU1a0P8k3z3ew6NI1S9uaqdCzor4p0fb3s0AlgBvr2akgU/s1600/Rai4bln.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 298px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRhQkrZYa1FTdDqphjXAmGWbhjyxuXTLZGyAH64Pyb1ziQUkN00vyDyz2Q2AgVn-EWDl8t7qZvv9yk8YN0FirgSytFl1-1HscU1a0P8k3z3ew6NI1S9uaqdCzor4p0fb3s0AlgBvr2akgU/s320/Rai4bln.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5460740539313786754" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><br />Sebuah Majelis Mudzakarah Lembang, dalam salah satu kajiannya, menemukan kejanggalan (kedhaifan) tentang hadis yang menyatakan "Penimbangan Rambut Bayi dengan Takaran Emas atau Perak". Salah satu rowi yang menunjukkan hal itu adalah Abdullah bin Muhammad bin Aqil. Benarkah ia seorang rowi yang dhaif?<br /></div><br /><span class="fullpost"><br /><div style="text-align: center;"><br /><b><big>DLA'IFKAH ABDULLAH BIN MUHAMMAD BIN 'AQIL?</b></big><br /><br />Penulis:<b>Abu Nabhan (Bid. Dakwah PD Pemuda Persis Kab. Bandung)</b></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><br />Abdullah bin Muhammad bin 'Aqil bin Abi Thalib al-Qurasyiy al-Hasyimiy, Abu Muhammad al-Madaniy.<br />Nama ibunya: Zaenab ash-Shughra binti 'Ali bin Abi Thalib. Beliau wafat tahun 145 H.<br /><br />Haditsnya diriwayatkan oleh:<br />Al-Bukhariy pada <i>al-Adab</i> dan <i>Af'alil 'Ibad</i>, Abu Dawud, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah.<br /><br /><b>GURU-GURUNYA</b>:<br />1. Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin 'Ubaidillah.<br />2. Anas bin Malik<br />3. Jabir bin Abdillah<br />4. Hamzah bin Abi Sa'id al-Khudriy<br />5. Hamzah bin Shuhaib bin Sinan<br />6. Sa'id bin al-Musayyab<br />7. Ath-Thufail bin Ubay bin Ka'ab<br />8. Abdullah bin Jarhad<br />9. Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib<br />10. Abdullah bin Umar bin al-Khath-thab<br />11. Abdurrahman bin Jabir bin Abdillah<br />12. Abdurrahman bin Yazid bin Jariyah al-Anshariy<br />13. 'Atha bin Yasar<br />14. Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib<br />15. Fadlalah bin Abi Fadlalah al-Anshariy<br />16. Al-Muharrar bin Abi Hurairah<br />17. Muhammad bin Usamah bin Zaid<br />18. Ayahnya (Muhammad bin 'Aqil bin Abi Thalib)<br />19. Pamannya dari ibu (Muhammad bin Ali bin Abi Thalib/Ibnu al-Hanafiyyah) Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhriy<br />20. Mu'adz bin Rifa'ah bin Rafi' al-Anshariy<br />21. Abu Salamah bin Abdirrahman bin 'Auf<br />22. Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz bin 'Afra<br /><br /><b>MURID-MURIDNYA</b>:<br />1. Ibrahin bin al-Fadl al-Makhzumiy<br />2. Ishaq bin Hazim al-Madaniy al-Bazzaz<br />3. Bisyr bin al-Mufadldlal<br />4. Al-Hasan bin Shalih bin Hayy<br />5. Hammad bin Salamah<br />6. Dawud bin Qais al-Farra<br />7. Rauh bin al-Qasim<br />8. Zaidah bin Qudamah<br />9. Zuhair bin Muhammad at-Tamimiy<br />10. Zuhair bin Mu'awiyah al-Ju'fiy<br />11. Sufyan ats-Tsauriy<br />12. Sufyan bin 'Uyainah<br />13. Syarik bin Abdillah an-Nakha'iy<br />14. Abu Ayyub Abdullah bin Ali al-Ifriqiy<br />15. Abdul Malik bin Juraij<br />16. Ubaidullah bin Amr ar-Raqiy<br />17. Furat bin Sulaiman<br />18. Fulaih bin Sulaiman<br />19. Al-Qasim bin Abdul Wahid<br />20. Qais bin ar-Rabi'<br />21. Al-Mubarak bin Fadlalah<br />22. Muhammad bin Rasyid al-Makhuliy<br />23. Muhammad bin 'Ajlan<br />24. Muhammad bin Ali Assulamiy al-Kufiy<br />25. Ma'mar bin Rasyid<br />26. Abu Muhammad al-Mufadlal bin Shadaqah al-Hanafiy<br />27. Hasyim bin al-Barid<br />28. Yazid bin Abi Ziyad<br />29. Ya'qub bin Abdillah al-Qummiy<br />30. Yusuf bin Ishaq bin Abi Ishaq as-Sabi'iy<br /><br /><br /><b>YANG MENJARAH</b>:<br /> Berkata Ibnu Sa'ad: <i>Munkarul hadits, laa yahtajjuuna bihaditsihi wa kaana katsiral 'ilmi</i>.<br /> Berkata Az-Zahraniy: <i>Kaana Maalikun laa yarwi 'anhu</i>.<br /> Berkata Ali: <i>Kaana Yahya ibnu Sa'id laa yarwi 'anhu</i>.<br /> Kata Sufyan bin 'Uyainah: <i>Raaytuhu yuhadditsu nafsahu fahamiltuhu 'ala annahu qad taghayyara</i>.<br /> Kata Ya'qub: <i>Ibnu 'Aqil shaduq, wa fii hadiitsihi dla'fun syadidun jiddan</i>.<br /> Kata Abu Ma'mar: <i>Kaana Ibnu 'Uyainah laa yahmadu hifzhahu</i>.<br /> Kata Imam Ahmad: <i>Ibnu 'Aqil munkarul hadits</i>.<br /> Kata Yahya bin Ma'in: <i>Laa yuhtajju bihaditsihi. Dla'iful hadits</i>.<br /> Kata Ali bin al-Madiniy: <i>Kaana dla'ifan</i>.<br /> Kata Ibrahim bin Ya'qub al-Juzjaniy: <i>Tuwuqqifa 'anhu, 'aammatu wa yarwihi gharibun</i>.<br /> Kata Abu Zur'ah: <i>Yukhtalafu 'anhu fil asanid</i>.<br /> Kata Abu Hatim: <i>Layyinul hadits, laysa bilqawiy wa laa biman yuhtajju bihaditsihi, yuktabu haditsuhu</i>.<br /> Kata al-Hakim Abu Ahmad: <i>Laysa bidzakal matinil mu'tamad</i>.<br /> Kata at-Tirmidziy: <i>Shaduq, waqad takallama fihi ba'dlu ahlil ilmi min qibali hifzhihi</i>.<br /> Kata Abu Bakar Ibnu Khuzaimah: <i>Laa ahtajju bihi lisu-i hifzhihi</i>.<br /> Kata an-Nasaiy: <i>Dla'ifun</i><br /> Kata al-Faswa: <i>Shaduq fi haditsihi dla'fun</i>.<br /><br /><b>YANG MENTA'DIL</b>:<br /> Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Ibrahim dan al-Humaidiy menjadikan hujjah dengannya.<br /> Kata al-Bukhariy: <i><big>Muqaribul hadits</i></big>.<br /> Kata al-'Ijliy: <i><big>Madaniy Tabi'iy tsiqah jaizul hadits</i></big>.<br /><br />(lihat: <b><i>Tahdzibul Kamal, tahdzibut Tahdzib, Siyaru A'lam Nubala, Mizanul I'tidal, Tahdzib al-Asma, Al-Kawakib Nayyirat</b></i>).<br /><br /><br /><b>KESIMPULAN IBNU HAJAR</b>:<br />Shaduq wafii hadiitsihi liynun wa yuqaalu taghayyara biakharah. (Taqribut Tahdzib).<br /><br /><b>KESIMPULAN ADZ-DZAHABIY</b>:<br /> Hasanul hadits (al-Mughniy fidl Dlu'afa)<br /> Haditsuhu fi martabatil hasan (Mizanul I'tidal)<br /><br /><br /><b><big>ISTIQRA</b></big><br />Sebagaimana ma'lum di kalangan ulama hadits, bahwa dalam meneliti perawi hadits mereka memiliki manhaj tersendiri yang menyebabkan manhaj mereka ini memiliki <i>mizah</i> (keistimewaan), yaitu:<br />1. Amanah dan Nazahah (bersih hati) dalam menghukumi<br />2. Diqqah (cermat, teliti, tidak tasahul dan tidak gegabah) dalam meneliti dan menghukumi<br />3. Iltizam (mematuhi) adab dalam men-<i>jarh</i><br />4. Ijmal dalam menta'dil, tetapi tafshil dalam men-<i>jarh</i>.<br /><br />Maka pantas Imam Muhammad ibnu Sirin (wafat tahun 110 H pada usia 77 tahun) berkata:<br /></div><br /><div style="text-align: center;"><b><big><big><br />ظلمت اخاك إذا ذكرت مساوئه ولم تذكر محاسنه<br /></b></big></big><br />Anda telah menzholim saudara anda sendiri, bila anda menerangkan kejelekan (jarh) nya tanpa menerangkan kebaikan (ta'dil) nya. (Ushulul Hadits)</div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Bila kita mencermati jarh yang ditujukan terhadap Abdullah bin Muhammad bin 'Aqil, kabanyakan jarh tersebut mujmal, -tidak tafshil- dan yang mufashhal berkisar pada segi hifzhur rawi. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Khuzaimah, Abu Ma'mar dan At-Tirmidziy.<br /><br />Imam Ahmad dan Ibnu Sa'ad sama-sama mengatakan: <i>Munkarul hadits</i>.<br />Imam Al-'Iraqiy berkata: Kebanyakan mereka mengatakan munkar terhadap perawi dikarenakan perawi tersebut meriwayatkan satu hadits.<br />Kata Ibnu Daqiqil 'Id: Lafaz tersebut disifatkan terhadap perawi yang berhak ditinggalkan haditsnya.(Fathul Mughits).<br />Al-Hafiz Ibnu Hajar mengatakan: Lafaz tersebut dikatakan oleh Imam Ahmad terhadap perawi yang asing bagi qarin-qarinnya dengan haditsnya. Hal ini diketahui berdasarkan penelitian dari keadaannya. (Hadyus Sari).<br /><br />Hal ini menunjukkan bahwa <b>munkarul hadits</b> sebagai istilah dari para ulama berbeda dengan istilah Imam al-Bukhariy. Menurut Adz-Dzahabiy pada <i>Mizanul I'tidal</i> dan Ibnu Hajar pada <i>Lisanul Mizan</i>, bila Al-Bukhariy mengatakan terhadap seorang perawi <i>munkarul hadits</i> maka tidak halal riwayat darinya. (Mizanul I'tidal, Lisanul Mizan).<br /><br />Selain ada yang menjarh -sebagaimana disinggung di atas-, ada beberapa ulama yang menta'dil Abdullah bin Muhammad bin 'Aqil. Selain beliau dikatakan tsiqah oleh al-'Ijliy (lihat Ma'rifat ats-Tsiqat II: 58 no. 963), dan dijadikan hujjah oleh Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan al-Humaidiy, Imam Al-Bukhariy mengatakannya, <i>Muqaribul hadits</i>.<br /><br />Muhammad Dzakir 'Abbas mengatakan: Muqaribul hadits atau Muqarib. Baik dikasrah huruf "ra" maupun difathah adalah salah satu lafaz ta'dil (kurang tepat yang memasukkannya pada lafaz jarh).<br />Bila dikasrah (muqarib) berarti perawi tersebut dekat dengan hadits perawi-perawi tsiqah, dan bila difathah (muqarab) berarti hadits para perawi tsiqah dekat dengannya. (Al-Mughniy fi alfazhil jarh wa at-Tadil hal. 101).<br /><br />Dalam <i>Muqaddimah al-Kasyif</i> (juz I hal. 38) disebutkan:</div><br /><div style="text-align: center;"><b><big><big><br />أن قول البخاري أو تلميذه الترمذي في رجل " مقارب الحديث " من ألفاظ تحسين الحديث الحسن الاصطلاحي،<br /></b></big></big>Bahwasanya ucapan al-Bukhariy atau muridnya, ya'ni at-Tirmidziy terhadap seorang perawi, "muqaribul hadits", merupakan lafaz yang menunjukkan hasan haditsnya, hasan secara istilahiy.</div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Sebagai perbandingan, Imam at-Tirmidziy meriwayatkan dalam Sunannya:</div><br /><div style="text-align: center;"><b><big><big><br />باب ما جاء في المستحاضة أنها تجمع بين الصلاتين بغسل واحد<br />118 - حدثنا محمد بن بشار حدثنا أبو عامر العقدي حدثنا زهير بن محمد عن عبد الله بن محمد بن عقيل عن إبراهيم بن محمد بن طلحة عن عمه عمران بن طلحة عن أمه حمنة بنت جحش قالت: كنت أستحاض حيضة كثيرة شديدة فأتيت النبي صلى الله عليه وسلم أستفتيه وأخبره فوجدته في بيت أختي زينب بنت جحش فقلت يا رسول الله إني أستحاض حيضة كثيرة شديدة فما تأمرني فيها قد منعتني الصيام والصلاة قال أنعت لك الكرسف فإنه يذهب الدم قالت هو أكثر من ذلك قال فتلجمي قالت هو أكثر من ذلك قال فاتخذي ثوبا قالت هو أكثر من ذلك إنما أثج ثجا فقال النبي صلى الله عليه وسلم سآمرك بأمرين أيهما صنعت أجزأ عنك فإن قويت عليهما فأنت أعلم فقال إنما هي ركضة من الشيطان فتحيضي ستة أيام أو سبعة أيام في علم الله ثم اغتسلي فإذا رأيت أنك قد طهرت واستنقأت فصلي أربعا وعشرين ليلة أو ثلاثا وعشرين ليلة وأيامها وصومي وصلي فإن ذلك يجزئك وكذلك فافعلي كما تحيض النساء وكما يطهرن لميقات حيضهن وطهرهن فإن قويت على أن تؤخري الظهر وتعجلي العصر ثم تغتسلين حين تطهرين وتصلين الظهر والعصر جميعا ثم تؤخرين المغرب وتعجلين العشاء ثم تغتسلين وتجمعين بين الصلاتين فافعلي وتغتسلين مع الصبح وتصلين وكذلك فافعلي وصومي إن قويت على ذلك فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو أعجب الأمرين إلي.<br /><br />قال أبو عيسى: هذا حديث حسن صحيح. ورواه عبيد الله بن عمرو الرقي وابن جريج وشريك عن عبد الله بن محمد بن عقيل عن إبراهيم بن محمد بن طلحة عن عمه عمران عن أمه حمنة إلا أن ابن جريج يقول عمر بن طلحة والصحيح عمران بن طلحة.<br />قال: وسألت محمدا عن هذا الحديث فقال: هو حديث حسن صحيح، وهكذا قال أحمد بن حنبل هو حديث حسن صحيح<br /><br /></b></big></big></div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Pada sanadnya terdapat Abdullah bin Muhammad bin 'Aqil di atas. Imam at-Tirmidziy bertanya tentang hadits tersebut kepada Muhammad (bin Ismail al-Bukhariy, gurunya), beliau mengatakan, "Hadits ini hasan shahih".<br />Demikian juga komentar dari Imam Ahmad bin Hanbal.<br /><br />Berdasarkan hal ini, maka lafaz "muqaribul hadits" Imam al-Bukhariy adalah "hasan".<br />Maka alangkah tepat apa yang disampaikan Imam Adz-Dzahabiy, setelah beliau memaparkan beberapa jarh yang ditujukan terhadap Abdullah bin Muhammad bin 'Aqil pada Mizan-nya, beliau berkata:<br />"Haditsuhu fi martabatil hasan" (Hadistnya pada martabat hasan). Begitu pun pada al-Mughni-nya.<br /><br />Salah satu haditsnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada Musnad Abi Rafi' tentang shadaqah pada 'aqiqah:</div><br /><div style="text-align: center;"><b><big><big><br /><br />حدثنا زكريا بن عدي قال أخبرني عبيد الله يعني ابن عمرو عن عبد الله بن محمد بن عقيل قال فسألت علي بن الحسين فحدثني عن أبي رافع مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم: أن الحسن بن علي لما ولد أرادت أمه فاطمة أن تعق عنه بكبشين فقال لا تعقي عنه ولكن احلقي شعر رأسه ثم تصدقي بوزنه من الورق في سبيل الله ثم ولد حسين بعد ذلك فصنعت مثل ذلك<br /></big></big></b></div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Al-Haitsamiy mengatakan: Hadits ini hasan (Majma'az-Zawaid IV: 57).<br /><i><big>Wallaahu a'lam</i></big>.<br /></div><br /><div style="text-align: right;"><br /><big>Rahayu, 15 April 2010 M/30 Rabi'uts Tsani 1431 H.</big><br /><br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-83686934491103145822010-04-10T19:36:00.005+07:002010-04-10T20:23:19.587+07:00TIPS MENGHADAPI SITUS PENGHINA ISLAM<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_XhIKATLeOnfUyDwXzjtZFWsKzPkslz3MfNae8NMJnRrs8WFUN7kdnhI9ef1SH0ETqEQ2J6iVlJw7qDQ9_pchWTn3Kt_HYLRH2Ie4mtCM26Osw7wlaAe-_6lS7hW2r04q1ffRajOYH9p/s1600/Islam+is+my+way.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 303px; height: 219px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq_XhIKATLeOnfUyDwXzjtZFWsKzPkslz3MfNae8NMJnRrs8WFUN7kdnhI9ef1SH0ETqEQ2J6iVlJw7qDQ9_pchWTn3Kt_HYLRH2Ie4mtCM26Osw7wlaAe-_6lS7hW2r04q1ffRajOYH9p/s320/Islam+is+my+way.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5458494815190159698" border="0" /></a><br /><div style="text-align: right;">Berapa banyak website, atau blog, atau forum yang dibuat khusus untuk menghina/menghujat Islam?<br />Banyak… tak terhitung jumlahnya. Banyak juga “jebakan” website yang namanya berbau Islam, tetapi isinya justru menyesatkan.<br /><br />JANGAN PERNAH emosi atau penasaran TERPANCING untuk membuka Situs, atau Blog, atau Forum yang menghina/menghujat Islam. Kalau ada teman yang memberi kita link URL yang menghina Islam, jangan pernah dibuka, beritahu si teman kita itu bahwa link URL itu adalah propaganda PUTAR BALIK.<br /></div><br /><span class="fullpost"><br /><div style="text-align: justify;"><br />Muslim yang gampang terpancing emosi adalah “mangsa empuk” bagi musuh Islam. Apalagi bagi teman-teman muslim yang terlena dalam perdebatan yang tiada berujung itu; karena para penghujat Islam itu BUKAN MENCARI KEBENARAN, melainkan hanya memprovokasi adu domba agama, DOKTRIN yang halus ke arah pemurtadan dan misi anti Islam.<br /><br />Kita telaah kembali semua hasil perdebatan itu. Adakah di antara mereka yang rela masuk Islam atau sekedar mengakui sedikit saja kebenaran dalam Islam? Sampai detik ini, hasilnya tetap tidak ada. Adakah di antara mereka yang mau mengaku kekalahannya? Sampai detik ini, hasilnya tetap tidak ada. Adakah di antara mereka yang memenuhi panggilan debat secara terbuka? Sampai saat ini, hasilnya tetap tidak ada.<br /><br />Bukan berarti tidak mengharap hidayah melalui adu debat, sebab hidayah hanya urusan Allah dan kita hanya dapat mendo’akannya; bukan memaksanya. Terkadang debat hanya menyisakan bertambahnya rasa benci serta kesombongan diri. Alasan dakwah? Dakwah adalah menyampaikan kebenaran dengan jalan yang ‘benar’ pula; dengan keindahan Islam yang sebenar-benarnya dan tidak diiringi hawa nafsu.<br /><br />Bukan berarti debat tidak baik sama sekali, namun haruskah kita terus ber<br />debat dengan orang-orang seperti mereka? Asli – para pembual dan pengecut yang tidak tahu malu…<br /><br />Bisnis internet, adalah bisnis “KLIK” tombol di ujung mouse pada computer yang ada di rumah, warnet, kantor di seluruh penjuru dunia.<br />Sebuah website memperoleh keuntungan dari sponsor yang memasang iklan pada halaman-halamannya. Sponsor akan membayarnya sesuai dengan BANYAKNYA JUMLAH “KLIK” yang mengakses website itu, bukan terhitung dari jumlah orang, tapi adalah jumlah akses masuk. Jadi kalau 1 orang mengakses website itu 5 kali, maka akan terhitung lima, bukan satu.</div><br /><br /><div style="text-align: center;"><big><big><b>Ironisnya, orang-orang yang paling banyak mengakses website propaganda ini adalah muslim yang terpancing emosi dengan memberikan banyak komentar membela Islam di dalamnya (bahkan dengan kata-kata kotor), tanpa mengetahui adanya maksud tersembunyi.</big></big></b></div><br /><br /><div style="text-align: justify;">Bukan hanya itu, banyaknya jumlah akses akan menarik posisi link URL itu ke urutan-urutan awal pada searcher (yahoo search, google search, searchalot, dll). Semakin banyak yang mengakses website propaganda ini justru akan ‘memperpanjang umur’ website.<br /><br />Berbeda dengan revolusi pemerintahan, atau unjuk rasa kepada seorang pengelola suatu perusahaan, sebuah website tidak akan bisa diturunkan atau dibunuh secara langsung. Cara yang paling umum dilakukan untuk membunuh satu website adalah <big><big>“dengan tidak pernah mengaksesnya sama sekali”</big></big>. Website akan otomatis membeku, bangkrut dan mati sendiri apabila tidak ada yang mengakses.<br /><br />Setiap muslim yang merasa bertanggung jawab untuk mengingatkan saudara-saudaranya dari ancaman pengaruh link URL yang menyesatkan, maka adalah lebih wajib lagi untuk bisa mempertanggung-jawabkannya.<br /><br /><big><big><big><b>Kalau kita berniat atau ‘terpanggil’ untuk menjadi aktivis dalam menghadapi siasat propaganda ini, kita harus bisa bersiasat untuk menyerang balik, minimal adalah memperkuat pertahanan muslim terlebih dahulu, tidak mudah terpancing, menyerukan kepada semua saudara muslim agar tidak bergabung atau keluar dari grup tersebut serta bersatu melaporkan keberadaan blog, situs atau grup laknat itu bersama-sama. Kuncinya tiada lain adalah kekompakan!</b></big><b></b></big><b></b></big><b></b><br /><br />Detik ini, ada sebagian saudara-saudara muslim kita yang berkecimpung khusus di dunia internet sedang sibuk dan hati-hati dalam menghadapi propaganda ini.<br />Ini adalah link URL dari beberapa saudara-saudara muslim yang mengusut masalah ini:<br /><a href="http://www.ifew.com/insight/15039net/websits.htm">http://www.ifew.com/insight/15039net/websits.htm</a><br /><a href="http://islamfortoday.com/baig01.htm">http://islamfortoday.com/baig01.htm</a><br /><a href="http://www.nellaieruvadi.com/islam/antiislamic.asp">http://www.nellaieruvadi.com/islam/antiislamic.asp</a><br /><br />Tulisan di atas berbicara tentang cara-cara menghadapi website, blog, forum yang bisa menjebak kaum muslim "awam".<br />Bagaimana dengan “group-group dalam facebook” yang menghina/menghujat Islam?<br />Kita sekarang sedang berada di dalamnya. Apapun yang bisa kita lakukan di sini ada di bawah otoritas peraturan yang dibuat oleh Facebook Inc. Jangan lupa kalau Facebook Inc. ini adalah perusahaan milik pribadi, dengan kata lain Mark Zuckerberg (founder and CEO) bisa melakukan apapun yang dia mau di sini.<br /><br />Kami mengetahui keberadaan group yang menghina Qur’an dengan najis (maaf, tidak menuliskan nama group) sejak beberapa bulan yang lalu. Sejak awal group itu masih beranggota puluhan orang, sudah ada ratusan muslim yang report atau melaporkan group itu. Tapi sampai dengan jumlah member 3000-an (tiga ribuan) saat ini group itu masih tetap ada. Kalau memang Mark Zuckerberg cs. (Facebook Inc.) ada itikad toleransi untuk menghapus group itu, mereka sudah bisa melakukannya sejak jumlah membernya masih sedikit.<br /><br />Ini permainan propaganda. Facebook tidak akan menghapus group itu hanya karena faktor emosional, itu sudah merupakan aturan main mereka. Semakin banyak yang meneriakkan group itu, maka group itu akan semakin populer, otomatis akan semakin banyak juga yang mengakses. Dengan ini, keuntungan facebook semakin besar.<br /><br />Itu baru satu group, sedangkan group yang menghina/menghujat Islam di facebook berjumlah sampai dengan ratusan.<br /><br />Facebook akan menghapus account, atau group, atau fan-page apabila pemerintah mereka (USA) yang memintanya, atau apabila sudah menjadi ancaman kepada mereka. Seperti pada kasus Del Piero-Neo Nazi, di mana seseorang mengaku Alessandro Del Piero mencantumkan website Neo Nazi di profile-nya, Del Piero menuntut balik ke facebook karena lemahnya security. Del Piero yang asli tidak pernah menggunakan facebook.<br /><br /><b>Solusi Alternatif?</b><br /><br />Ada memang; namun ini baru terbatas pada beberapa orang yang mempunyai kemampuan dalam ‘computer hacking’. Mereka para ‘hacker’ muslim sedang berjuang untuk menutup grup-grup penghina/penghujat Islam dengan cara khas mereka sendiri, atau setidaknya mem-blokir paksa account-account yang menjadi pengurus grup tersebut. Hasilnya? Jangan putus asa! Kita beri dukungan kepada mereka dan do’akan agar perjuangannya berhasil. Amin.<br /><br />Bagi mereka, dukungan itu sangat berharga, dan bagi kita insyaAllah tidak terlepas dari sumbangsih amal jihad fii sabiilillaah. Kuncinya tiada lain adalah solidaritas muslim!</div><br /><br /><div style="text-align: center;"><big><big><b>Mau melihat grup penghujat/penghina Islam itu kalah?<br />Bagaimana jika kita melihat jumlah membernya yang bergabung hanya dibawah angka 50 misalnya?<br />Biarkan grup laknat itu berkoar-koar sendiri..lama-lama menjadi sepi sunyi..bahkan mati.</b></big></big></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /><b>Facebook</b><br />Ambil saja apa yang bermanfaat buat kita dari facebook. Mudharatnya ada di mana-mana, begitu juga Hidayah ALLAH. Daripada kita cari mudharat-nya, lebih baik kita ambil manfaatnya, mana tahu beauty lies beneath (keindahan terletak dibaliknya).<br /></div><br />Bagi anda, Facebooker, dapat bergabung ke Group :<br /><div style="text-align: center;"><a href="http://www.facebook.com/group.php?gid=109650735719818">BLOKIR group Muhammad SAW bukanlah nabi, melainkan p********</a><br /><a href="http://www.facebook.com/pages/-ISLAM-TERBUKTI-BENAR-/298400792751?v=info&ref=mf">۩۞۩ – ISLAM TERBUKTI BENAR – ۩۞۩</a><br /><a href="http://www.facebook.com/group.php?v=wall&ref=mf&gid=110135189016300">[i] Pusat Informasi Muslim Facebooker</a></div><br /><div style="text-align: justify;"><br />Insya Allah masih banyak lagi Group ISLAM yang membahas masalah ini di Facebook. Silahkan temukan sendiri.<br /></div><br /><blockquote><big><big>Sesama Muslim adalah bersaudara seperti satu tubuh yang tidak dapat dipisah, apabila ada bagian yang sakit/ terluka, maka bagian lainnya akan ikut merasakan. Itulah persaudaraan Muslim. (Hadist)</big></big></blockquote><br /><br /><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-83547026710663647842010-04-09T08:02:00.001+07:002010-04-09T08:05:00.076+07:00Sistem Perekonomian Islam; Sebuah Renungan<div style="text-align: justify;"><br />Penulis:<b>Abah Zulva</b><br /><b><big><big>Ekonomi Sehat a la Islam</big></big></b><br /><b>Wacana Norma</b><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggy1JGfwmVqmm6pFMrzRI5qTTxs8wYiGVyrcdlQgnYSR0iLUZQENzbCNXIAsBgfMdWO23PTe7O73i_Ezl0kA-sxRaEnq910kcJFFxTcM90-si8U_rKntRcVl22X2znF9y4Vee-XgdLXFs/s1600/ekonomi.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 100px; height: 128px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggy1JGfwmVqmm6pFMrzRI5qTTxs8wYiGVyrcdlQgnYSR0iLUZQENzbCNXIAsBgfMdWO23PTe7O73i_Ezl0kA-sxRaEnq910kcJFFxTcM90-si8U_rKntRcVl22X2znF9y4Vee-XgdLXFs/s320/ekonomi.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457791608047756098" /></a>Munculnya wacana pemikiran tentang norma ekonomi terjadi sebagai dampak dari realitas sistem perekonomian pada akhir-akhir ini yang cenderung mengabaikan nilai-nilai moralitas dan hanya terfokus pada masalah mengeruk keuntungan pribadi sebesar-besarnya. Dari persepsi semacam itulah kapitalisme menjadi satu sistem yang merajai seluruh sistem dalam dunia perekonomian. Sistem ekonomi kapitalis yang digali secara obyektif dari gejala yang muncul di masyarakatnya menghasilkan hukum ekonomi pasar dengan teori suply and demand yang tidak mempercayai dorongan moral yang subyektif. Ekonomi kapitalis ditandai dengan semangat egoisme dan sistem yang liberal, di mana manusia dipandang sebagai binatang ekonomi (homo-economicus) yang senantiasa mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Manusia hanya mementingkan dirinya, kebaikan yang timbul hanya semata-mata demi menjaga kepentingan dirinya, bukan dorongan moral. <br /><br /><br /><span class="fullpost"><br />Situasi inilah yang mendorong munculnya sistem ekonomi alternatif yang lebih manusiawi, yakni sistem perekonomian Islami. Dalam Islam, persoalan ekonomi merupakan salah satu unsur yang tak terabaikan dalam tatanan hukum dan masyarakat. Di dalamnya ada ajaran normatif dan moral perekonomian yang merupakan aspek penting dalam ajaran Islam. Karena itu, Prof. M. Abdul Mannan, Ph.D, dalam bukunya Islamic Economic; Theory and Practice, mendefinisikan Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.<br /><br /><b>Al-Quran dan Norma Ekonomi</b><br />Al-Quran merupakan wahyu yang diturunkan dengan berbagai tujuan. Di antaranya adalah untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan, yang terpenting adalah, agama. Selain itu, al-Quran juga merupakan sumber ajaran Islam yang menyangkut semua dimensi kehidupan manusia. Dengan tujuan dan eksistensinya, al-Quran merupakan sumber ajaran yang memuat nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur seluruh aktivitas manusia termasuk aktivitas ekonomi.<br />Berbeda dengan hewan, Allah SWT menciptakan manusia tidak merasa cukup dengan terpenuhinya kebutuhan biologis. Manusia dalam hidupnya akan bekerja untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup yang primer seperti makanan, minuman, pakaian dan perumahan yang laik. Tetapi, ketika kebutuhan primer sudah terpenuhi, dia tidak akan puas dan akan terus berusaha untuk memiliki dan menguasai harta benda yang lebih banyak lagi. Sesuai dengan sebutan homo-economicus, manusia cenderung untuk memiliki berbagai kesenangan dan kenikmatan hidup, seperti pasangan dan turunan yang baik, rumah megah, kendaraan mewah, perhiasan yang indah, lahan usaha yang banyak (QS. Ali imran (3): 14; QS. al-'Adiyat (100): 8). Semua kecintaan tersebut memang sudah menjadi naluri manusia yang Allah berikan untuk menjadi pemacu dalam usahanya untuk meraihnya dengan segala kemampuan. Bahkan Rasulullah Saw. pernah menyatakan:<br /><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ<br /></div></big></big><br />" Seandainya seseorang mempunyai dua bukit harta, dia akan masih mengharap mempunyai yang ketiganya. Tak ada yang bisa memenuhi perut manusia kecuali tanah (mati), dan Allah akan memberikan taubat-Nya bagi orang yang bertaubat". (HR Muslim)<br /><br />Kecintaan manusia terhadap harta yang tidak pernah terpuaskan itu, banyak membuat manusia lupa seolah-olah harta merupakan tujuan bukan sarana. Di sini harta dapat membuat orang lalai terhadap hukum, kewajiban agama, negara, keluarga dan bahkan dirinya sendiri. Tetapi bagi manusia yang beriman, segala kenikmatan duniawi bukanlah segala-galanya. Karena itu, Allah memperingatkan dalam QS. Al-Qashshash (28): 77 agar manusia dapat bekerja dengan seimbang. Tujuan jangka panjangnya adalah mempersiapkan hidup yang kekal di akhirat, sementara dalam jangka pendek harus bisa memanfaatkan hidup di dunia sebagaimana anugerah yang disediakan oleh Allah. Lebih tegas lagi Allah swt berfirman dalam QS. As-Syura (42): 20:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ<br /><br /></div></big></big><br />Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat [As-Syura: 20]. <br /><br />Al-Quran mengingatkan agar manusia tidak hanyut dan tenggelam dalam kehidupan yang materialis dan hedonis yang akan menghancurkan dirinya. Tetapi hal ini bukan berarti melarang manusia menikmati kehidupan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw. menyuruh untuk makan, minum dan bershadaqah serta berpakaian dengan tidak berlebihan dan tidak sombong, karena Allah senang melihat bekas nikmat-Nya itu ada pada hamba-Nya.<br />Menikmati kehidupan diperbolehkan dalam Islam selama tidak merusak jiwa dan melanggar hukum, bahkan kita diajak untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat. Dengan kebolehan ini kita dituntut untuk berkreasi dan berpikir dalam rangka mewujudkan kebudayaan yang maju. Berkenaan dengan hal ini, al-Maraghi pernah menyatakan: "Sungguh suatu kebohongan bila Islam dikatakan sebagai agama primitif dan penghambat kemajuan".<br /><br />Kebolehan kita menikmati sebagian kesenangan duniawi ini, sejatinya harus diikuti dengan kesadaran diri bahwa orang lain yang belum mendapatkan kesempatan yang sama pun harus dapat merasakan sedikit dari yang dirasakan mereka yang sudah berhasil. Oleh karena itu, Al-Quran menegaskan bahwa harta dan kekayaan harus didistribusikan secara adil dan merata, tidak boleh berhenti atau berputar di kalangan elit saja:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />مَّا أَفَاء اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاء مِنكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ<br /></div></big></big><br />Apa saja harta rampasan (fa'i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka itu adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya [QS. Al-Hasyr (59): 7].<br /><br />Harta tidaklah hanya untuk dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan sendiri, tetapi di sana ada fungsi sosial yang harus didistribusikan ke dalam masyarakat, baik melalui jalur bisnis komersial maupun melalui jalur sosial. Begitu juga dengan adanya lapisan sosial dan keragaman keahlian justru harus tercipta hubungan kerjasama dan saling bantu membantu antara satu pihak dengan pihak yang lain, bukan saling menindas dan mengeksploitasi. Oleh karena itu, Allah SWT dengan tegas melarang praktek tidak sehat dalam pengeambil-alihan harta orang lain, sebagaimana firman-Nya:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ<br /></div></big></big><br />Dan janganlah sebagian di antara kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui [Al-Baqarah: 188].<br /><br />Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat tersebut turun dalam rangka "mengomentari" kasus Abdan bin al-Asywa' al-Hadlrami yang digugat kepemilikan tanahnya oleh seseorang dari keturunan al-Qois al-Kindiy sampai proses peradilan. Namun gugatan tersebut dicabut setelah turunnya ayat ini. Berkenaan dengan kejadian ini Rasulullah saw bersabda:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَأَقْضِيَ لَهُ عَلَى نَحْوٍ مِمَّا أَسْمَعُ مِنْهُ فَمَنْ قَطَعْتُ لَهُ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا فَلَا يَأْخُذْهُ فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ بِهِ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ<br /></div></big></big><br />"Sesungguhnya kalian berperkara di hadapanku. Bisa jadi sebagian di antara kalian lebih baik alasannya dibanding dengan yang lainnya, maka aku memutuskannya berdasarkan apa yang aku dengar. Siapa saja yang aku tetapkan baginya (yang ternyata) hak saudaranya, maka janganlah diambil. Sesungguhnya hal itu tidak lain adalah potongan api neraka" [HR. Bukhari dan Muslim dari Ummu Salamah].<br /><br />Transaksi perekonomian tidak akan berjalan tanpa kesepakatan terhadap aturan atau nilai yang diakui kebenarannya karena menyangkut kepentingan dan hak orang banyak. Oleh karena itu, al-Quran tidak hanya membatasi orang mukmin tetapi manusia secara keseluruhan; yakni hendaknya jangan terjadi pengambilan hak orang lain dengan cara yang tidak benar (bathil). Pengambilan, pengalihan atau pertukaran hak dari seseorang kepada orang lain hendaknya dilakukan dengan cara halal, rela sama rela, tak ada yang rugi dan dirugikan. Sebagaimana firman-Nya:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً<br /></div></big></big><br />Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu [An-Nisa: 29].<br /><br />Inilah yang menjadi prinsip utama dalam semua transaksi perekonomian, baik perdagangan (tijarah, buyu'), pinjam meminjam (al-'ariyah), sewa menyewa, perburuhan atau pengupahan (al-ijarah). Sedangkan dalam perkongsian atau usaha bersama, baik dengan penyertaan modal maupun pengelolaan yang berbentuk syirkah, mudlarabah, murabahah, muzara'ah, dan musaqah, ditekankan adanya sistem bagi hasil (los and profit sharing) di mana ada keuntungan dibagi bersama, dan jika terjadi kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi masing-masing.<br /><br /><br /><b>PRINSIP-PRINSIP AL-QURAN DALAM NORMA EKONOMI</b><br />Prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip yang diperjuangkan al-Quran (Islam) dalam semua sandi kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam masalah ekonomi. R. Lukman Fauroni dan Muhammad menyatakan, "Secara normatif dan sederhana dapat dijelaskan bahwa dalam aspek ekonomi, al-Quran telah menawarkan prinsip keadilan dan kesucian pada tiga aspek sekaligus. Ketiga aspek tersebut adalah; pertama, melarang pemilikan atau pengelolaan harta yang haram (dzatiyahnya); kedua, terlarang dalam cara dan proses memperoleh atau mengelola dan mengembangkannya; dan ketiga, terlarang pada dampak pengelolaan dan pengembangannya jika merugikan pihak lain.<br /><br />Dalam menegaskan prinsip-prinsip ekonomi yang berlandaskan al-Quran ini, Syed Nawab Naqvi menawarkan empat aksioma, antara lain:<br /><br /><b>1. Kesatuan</b><br />Kesatuan di sini, maksudnya, kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim yang baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial. Semua itu menjadi suatu "homogeneous whole" atau keseluruhan yang homogen dan mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.<br /><br />Dalam konsep tauhid, seluruh perbuatan manusia akan terfokus pada Tuhan, yang dalam bahasa Yusuf Qardlawi disebut dengan titik tolak yang benilai Rabbani (ilahiyah). Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiyah karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridla Allah, dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syari'at-Nya. Seluruh kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan distribusi diikatkan pada prinsip Ilahiyah dan tujuan Ilahi.<br /><br />Berdasarkan aksioma ini, pengusaha muslim dalam melakukan aktivitas maupun entitas ekonominya tidak akan melakukan, paling tidak tiga hal; pertama, diskriminasi di antara pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama. Kedua, terpaksa atau dipaksa melakukan praktek-praktek kecurangan karena hanya Allah-lah yang semestinya ditakuti dan dicintai. <br /><br />Oleh karena itu, sikap ini akan terefleksikan dalam seluruh sikap hidup dalam berbagai dimensinya. Ketiga, menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan merupakan amanah Allah.<br /><br /><b>2. Kesetimbangan (Keadilan)</b><br />Kesetimbangan (equiblirium) atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kesetimbangan yang harmonis. Tatanan ini pula yang dikenal dengan sunnatullah. Sifat kesetimbangan atau keadilan bukan hanya sekedar karakteristik alami, melainkan merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya. <br /><br />Perilaku kesetimbangan dan keadilan dalam proses ekonomi secara tegas dijelaskan dalam konteks proses bisnis yang sederhana (klasik) agar setiap pengusaha menyempurnakan takaran bila menakar dan menimbang dengan neraca yang benar, karena hal itu merupakan perilaku yang terbaik dan membawa akibat yang terbaik pula. <br /><br /><b>3. Kehendak Bebas</b><br />Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia "bebas". Hanya Tuhan yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaan-Nya, manusia juga secara relatif mempunyai kebebasan. Berdasarkan aksioma kehendak bebas ini, dalam perekonomian, manusia mempunyai kebebasan untuk membuat perjanjian, termasuk untuk menepati atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya. Ia merupakan bagian kolektif dari masyarakat dan mengakui bahwa Allah meliputi kehidupan individual dan sosial. Dengan demikian, kebebasan kehendak berhubungan erat dengan kesatuan dan kesetimbangan.<br /><br />Dalam masalah perjanjian, baik perjanjian kesetiaan kepada Allah maupun perjanjian yang dibuatnya dalam pergaulan dengan sesamanya (mu'amalah), manusia harus dapat memenuhi semua janji-janji tersebut. Al-Quran menegaskan:<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَوْفُواْ بِالْعُقُودِ<br /></div></big></big><br />"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…" [QS. Al-Maidah (5): 1].<br /><br /><b>4. Pertanggungjawaban</b><br />Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis, aksioma ini berhubungan erat dengan aksioma kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya. Allah SWT berfirman,<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />مَّن يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَا وَمَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَا وَكَانَ اللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيتاً<br /></div></big></big><br />Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu [QS. An-Nisa (4): 85].<br /><br />Aksioma pertanggungjawaban ini secara mendasar akan mengubah perhitungan ekonomi karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan. Hal ini diimplementasikan paling tidak pada tiga hal, yaitu; pertama, dalam menghitung margin, keuntungan nilai upah harus dikaitkan dengan upah minimum yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Kedua, economic return bagi para pemberi pinjaman modal harus dihitung berdasarkan pengertian yang tegas bahwa besarnya tidak dapat diramalkan dengan probabilitas kesalahan nol dan tak dapat lebih dahulu ditetapkan (seperti sistem bunga). Ketiga, Islam melarang semua transaksi yang dicontohkan dengan gharar dalam kepustakaan bisnis klasik, atau sistem ijon dalam masyarakat Indonesia.<br /><br /><b>Tafakur</b><br />Sebagai penutup dari makalah ini, ada baiknya kalau kita membuka kembali lembaran sejarah yang merekam tentang proses maju-mundur sekaligus hancurnya suatu tatanan masyarakat yang pada awalnya mapan, menjadi sebuah masyarakat yang porak poranda akibat penyimpangan sebagian besar penduduknya terhadap proses perekonomian yang berlaku pada waktu itu.<br /><br />Kaum Madyan dan Aikah merupakan dua kaum yang Allah swt mengutus Nabi Syu'aib kepada mereka. Dalam bidang ekonomi atau perdagangan , mereka bersikap curang dan tidak jujur; 1) jika mereka menjual barang, suka mengurangi takaran dan timbangan, 2) jika mereka membeli barang, suka mencela, mengejek dan menjatuhkan harga , lalu membelinya dengan harga yang murah. Ibnu Abbas menjelaskan sifat mereka :<br /><big><big><div style="text-align: center;"><br />و كانوا اذا دخل عليهم الغريب يأخذون دراهمه و يقولون دراهمك هذه زيوف فيقطعونها ثمّ يشترونها منه بالبخس .<br /></div></big></big><br />3). Mereka kaum yang باخسة , yaitu kaum yang suka bersikap dolim dalam perekonomian, 4). Dan mereka pun kaum yang tidak jujur, curang, suka mengurangi hak-hak orang lain dalam perdagangan.<br /><br />Atas penyimpangan perekonomian yang mereka lakukan, Allah SWT mengrimkan ganjaran yang setimpal dengan perbuatan mereka, mereka dihancurkan oleh gempa, kekeringan dan panas yang sangat dan hujan api.<br /><br />Dalam penilaian Nabi Syuaib, penyebab utama kemerosotan moral dan sosial penduduk Madyan dan Aikah adalah ketidakadilan dan kesombongan ekonomi. Keadilan merupakan hak-hak individu, grup dan kelas. Ini berarti bahwa nilai-nilai kebenaran dan kualitas kebajikan harus diberikan pada setiap orang. Keadilan merupakan summun bonum, supremasi tertinggi nilai moral, pada sistem ekonomi. Ketidakadilan ekonomi merupakan penyebab kebatilan sosial, korupsi dan ketimpangan sosial.<br /><br />Akhirnya, secara kasat mata kita bisa melihat kecurangan itu sudah dipandang lumrah...(subhanalloh). Kecurangan kaum Madyan dan Aikah –dianggap luar biasa- mengakibatkan bencana yang menghancurkan mereka. Sekarang kecurangan itu dianggap biasa?????! Subhanalloh.<br />Wallohu A’lamu bi al Shawwaab!<br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-46896765238797684142010-04-07T00:43:00.002+07:002010-04-07T00:47:06.716+07:00PENCIPTAAN ALAM SEMESTA<br><br>Penulis: <span style="font-weight: bold;">Abah Zulva</span><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Penciptaan Alam Semesta</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPsvWXFDGQ3-PdPHkC8qH5bHA_9cZIWmanHMCUds2srA1_v9GU2T3qIlEkSmOaTN2Ye4TXjURDCnI_IpBKQPa2ZN-_J1I0ofb_O5j2alAnh6y2nlOHII6gY6I6Hct6thSUbcGVX1EI5mc/s1600/Ayat+Semesta.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 98px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPsvWXFDGQ3-PdPHkC8qH5bHA_9cZIWmanHMCUds2srA1_v9GU2T3qIlEkSmOaTN2Ye4TXjURDCnI_IpBKQPa2ZN-_J1I0ofb_O5j2alAnh6y2nlOHII6gY6I6Hct6thSUbcGVX1EI5mc/s320/Ayat+Semesta.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457075173217881714" border="0" /></a><br /><div style="text-align: right;">Yang hilang dari dunia kita saat ini adalah pengetahuan tentang hakikat alam semesta. Itulah akar krisis spiritual manusia yang mengakibatkan kehampaan, disorientasi, ketak-bahagiaan dan akhirnya bunuh diri.<br /></div><br /><div style="text-align: right;">(Frithcof Schuon)<br /></div><br /><br /><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">A. PENDAHULUAN</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Apa yang disebut dengan alam semesta sering disinonimkan dengan istilah-istilah lain, seperti semesta raya, jagad raya, atau mikro-kosmos. Menurut Murata, secara umum, alam semesta dapat dipahami sebagai makro-kosmos beserta keseluruhan yang tersedia di dalamnya, sedangkan manusia adalah mikro-kosmos di mana berbagai keteraturan atau regularitas dan stabilitas terjadi dalam keberlangsungannya. Segala sesuatu dalam makro-kosmos tercermin di dalam mikro-kosmos. Sehingga persoalan alam sangat terkait dengan manusia.<br /><br />Secara sederhana, alam semesta terdiri dari langit dan bumi, keduanya mewakili ciptaan Tuhan di dunia. Al-Qur’an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogini). Mengenai metafisika penciptaan, al-Qur’an hanya mengutarakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah di dalamnya tercipta sekedar dengan firman-Nya, “Jadilah!”. Selain sedikit, ayat-ayat itu tersebar di berbagai surat dengan tema-tema yang parsial. Untuk mengetahui konsep penciptaan alam secara keseluruhan, ilmu alam dengan berbagai cabangnya memiliki andil yang sangat besar.<br /><br />Menurut Murtadha Mutthahari terdapat tiga konsep mengenai alam semesta. Konsepsi ini dapat dilihat dari sumber interpretasi manusia itu sendiri, di antaranya ilmu pengetahuan, filsafat dan agama. Dari ketiga konsep di atas, konsep agamalah yang akan dibahas pada makalah ini; konsep alam semesta yang berujung pada ajaran tauhid yaitu “alam semesta ini dari dan akan kembali kepada Allah, alam semesta ini sumbunya satu dan orbitnya pun satu; Allah”.<br /><br />Sebagaimana dikatakan oleh Hossein Nasr mengenai solusi Schuon (di atas), bahwa untuk celah-celah dinding sains yang kosong harus diisi dengan cahaya dari atas, bukan kegelapan dari bawah. Sains harus diintegrasikan dengan metafisika dari atas sehingga faktanya yang tak terbantahkan dapat memperoleh kembali signifikansi spiritual.<br /><br />Maka, dalam pembahasan mengenai penciptaan alam semesta di bawah ini akan dimulai dengan kajian ayat, kemudian dilihat relevansinya dengan sains modern dan terakhir ditarik kembali pada tataran metafisik untuk menemukan sebuah ontos atau hakikat tentang alam semesta dan manfaatnya untuk manusia.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. HAKIKAT ALAM SEMESTA</span><br /><br />Tentang apa hakikat alam semesta menurut al-Qur’an, dalam beberapa surat al-Qur’an disinggung tentang apa itu alam semesta. Suatu kali al-Qur’an menjelaskan bahwa, alam semesta adalah langit dan bumi (Qs Al-Anbiya [21]: 30). Langit adalah penopang, sedang bumi adalah tempat berpijak bagi manusia. Dengan perkataan lain, bumi tempat manusia adalah bagian dari “langit” dalam arti tertentu, dan langit merupakan bagian dari jagad raya. Disebutkan pula dalam ayat al-Qur’an bahwa jagad raya ini terdiri atas tujuh langit yang berlapis-lapis (QS Al-Mulk [67]: 3-4).<br /><br />Kata "alam" merupakan derivasi dari kata alima ya’lamu yang berarti mengetahui. Kata jadian ‘alam atau ‘alamat berarti tanda, pertanda atau sign (dalam bahasa Inggris). Dari kata ‘ilm dengan derivasinya yang terdapat sebanyak 105 kali dalam al-Qur’an, dan kata ‘alam itu sendiri ditemukan dalam 91 ayat yang kebanyakan hampir 46 ayat disambungkan dengan sifat Allah SWT Yang Maha Pemelihara alam.<br /><br />Al-Qur’an terkadang menunjuk hakikat alam semesta secara lebih abstrak. Misalnya ayat al-Qur’an di atas (QS 21: 30) menyebutkan, jagad raya ini adalah sebuah massa (ratqh). Atau, susunan unsur-unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Massa atau susunan unsur-unsur itu berada dalam perbentangan. Sehingga alam semesta dalam perspektif al-Qur’an dapat dipahami sebagai perbentangan unsur-unsur yang saling mempunyai keterkaitan. Sedangkan jagad raya, di mana alam semesta yang terbentang ini, mempunyai atau mencakup pula hukum-hukum atau sebab-sebab alamiahnya.<br /><br />Atas dasar itu, pertama-tama alam semesta dapat dikatakan sebagai sebuah wujud atau subjek, yaitu bumi dengan segala isinya, langit dengan keseluruhan yang terdapat di dalamnya, dan jagat raya sebagai makro-kosmos seluruhnya. Kemudian ia dapat dipandang sebagai pola-pola, watak-watak dan kecenderungan-kecenderungan dalam posisi dan perannya sebagai subjek. Dengan perkataan lain, alam semesta ini merupakan “makhluk hidup” dengan watak-watak yang melekat pada dirinya. Atau, makhluk hidup yang melakukan perguliran dan peredaran dalam regularitas dan stabilitas tertentu yang alamiah.<br /><br />Jadi, pada hakikatnya, alam semesta haruslah dipahami sebagai suatu wujud dari keberadaan Allah SWT, keesaan-Nya, kebesaran-Nya, kemahakuasaan-Nya, dan belas-kasih-Nya. Sebab alam semesta –dan seluruh isinya serta hukum-hukumnya- tidak ada tanpa keberadaan Allah Yang Maha Esa. Segala sesuatu, termasuk langit dan bumi, merupakan ciptaan Allah Yang Maha Kuasa (QS Fushilat [41]:11). Allah adalah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam semesta serta pemeliharanya Yang Maha Pengasih ([1]:1-3) sebagai ciptaannya, alam semesta ini menyerah kepada kehendak Allah ([3]:83), dan memuji Allah ([57]:1, [59]:1, [61]:1 lihat pula ayat [17]:44, [24]:41 dll). Antara Alam semesta (makhluk) dan Allah (khaliq) mempunyai keterikatan erat, dan bahkan meskipun mempunyai hukumnya sendiri, ciptaan amat bergantung pada Pencipta yang tak terhinggga dan mutlak.<br /><br />Atas dasar itu, alam semesta secara rill adalah jagat raya beserta keseluruhan yang ada di dalamnya yang tampak dalam kasat mata ini, dan juga stabilitas dan regularitas alamiyahnya sejauh dapat diidentifikasi dalam batas-batas pikiran manusia. Sedangkan alam semesta secara hakiki tidak lain adalah wujud “keesaan Allah” yang menunjuk pada ciptaan-ciptaan-Nya, dan hukum-hukum Allah yang terpikirkan oleh manusia (sunnatullah) serta hukum-hukum Allah yang mutlak atau absolut sifatnya (takdir). Dengan kata lain, hakikat alam semesta ini ada yang tampak dalam pandangan mata, dan ada pula yang tidak tampak atau hanya terdapat dalam kerangka pikiran logis semata, atau bahkan tak terpikirkan sama sekali.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">C. IDE DASAR KONSEPSI ALAM DALAM AL-QUR’AN</span><br /><br />Konsepsi alam dalam al-Qur’an, menurut Rahman, dilandasi oleh beberapa pernyataan. Pernyataan-pernyataan ini dapat dijadikan sebagai ide dasar konsep al-Qur’an mengenai alam semesta. Dari berbagai ayat yang terdapat dalam al-Qur’an, dapat dirumuskan menjadi beberapa statement untuk melandasi konsep al-Qur’an mengenai alam semesta ini, di antaranya adalah sebagai berikut.<br />1. Terciptanya alam semesta atas kehendak Allah [41]:11, membuktikan adanya Allah, menggambarkan kekuasaan dan kebesaran Allah yang tak terhingga [21]:22. Hal ini sebagai landasan agar manusia beriman kepada Allah.<br />2. Alam semesta adalah pertanda (ayat) yang paling penting mengenai penciptanya. Pertanda-pertanda alam ini ada yang bersifat natural yang terjadi karena proses-proses kausal di alam (QS Ali Imran [3]: 190-191), pertanda-pertanda yang berupa peringatan [29]:35, dan ada pula pertanda-pertanda historis atau supranatural [2]:221 dan [17]:101.<br />3. Pertanda pertama disebut “ayat” yaitu pertanda yang lemah, abstrak dan samar. Sedangkan pertanda kedua yaitu ayat bayyinat atau bayyinat saja. Bayyinat merupakan “tanda-tanda yang terang, jelas dan tak dapat diragukan lagi”. Al-Qur’an pada dirinya sendiri dan Muhammad sebagai penerimanya merupakan bayyinat pula [98]:1-4. Semua pertanda itu dapat mengantarkan manusia untuk berpikir ([3]:190-191, [10]:1-3, [12]: 102-105, dan [20]:1-6).<br />4. Perkataan lain yang lebih kuat dari bayyinat, yakni burhan. Burhan bermakna “sebuah bukti yang demonstratif”. Jika bayyinat bersifat tegas dan jelas, maka burhan secara rasional dan psikologis bersifat memaksa. Al-Qur’an sendiri disebut burhan [4]:174, yaitu dalih rasional yang meyakinkan ([2]: 111 [21]:24 [23]: 117 [27]:64 dan [28]:75). Selain perkataan burhan, ada juga yang disebut sulthan, yaitu pertanda dengan kekuatan yang secara psikologis lebih memaksa. ([4]:90 [59]:4 [55]:33 [14]:22 [37]:27-30 [23]:45 [37]:156 [17]:33 [6]:81 [27]:21 [12]:39 dan lain-lain.)<br /><br />Ide dasar konsepsi alam, menurut al-Qur’an, selain menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah dan menyerukan agar manusia beriman kepada-Nya, juga menggambarkan belas-kasih Allah dan menyerukan agar manusia bersyukur kepada-Nya. Alam semesta ciptaan Allah ini mempunyai kegunaan yang melimpah bagi manusia. Atas dasar itu, manusia patut mengabdi kepada Allah, bersyukur dan tidak menyembah kepada selain Dia.<br />Demikianlah alam semesta ciptaan Allah ini tidak semata menggambarkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, tetapi disediakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memanfaatkan alam ini demi kebaikan. Manusia dengan moralitasnya diciptakan Allah agar ia berbuat kebaikan. Jika hukum moral harus dipatuhi, maka hukum alam harus digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.<br /><br />Semua itu menampakkan, bahwa ide dasar konsepsi alam dalam al-Qur’an, selain sebagai seruan agar manusia beriman kepada Allah atas kebesaran serta kekuasaan-Nya, adalah seruan agar manusia bersyukur kepada Allah atas belas-kasih-Nya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">D. PENCIPTAAN ALAM SEMESTA</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6eN_c0fooOU2g_16zEO8ZNMj1IkfeTo_n2oxegXBawraBC7sGcj7OCPEzUmmhiQkPlBxD6G9w6XmrLExt9JqDtrgqafCF-Wa9cmQuI9wFoDHSXX0655nD3I6D0XVPeQefq_r37eYfAAE/s1600/Tercipta+alam.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 115px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6eN_c0fooOU2g_16zEO8ZNMj1IkfeTo_n2oxegXBawraBC7sGcj7OCPEzUmmhiQkPlBxD6G9w6XmrLExt9JqDtrgqafCF-Wa9cmQuI9wFoDHSXX0655nD3I6D0XVPeQefq_r37eYfAAE/s320/Tercipta+alam.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457075271202690226" border="0" /></a><br />Mengenai asal mula kejadian alam, terdapat banyak teori yang dikemukakan oleh para astronom, filosof, pemikir dan ahli-ahli sains terdahulu. Alam merupakan objek awal penelitian para pemikir sejak zaman dahulu sampai sekarang. Salah satunya adalah Plato, dengan karyanya yang berjudul Timaeus, ia mengajarkan perihal bagaimana terciptanya dunia beserta susunannya. Ia menokohkan Demiurgos sebagai pencipta dunia ini. Selain itu, seorang ahli astronomi, Jean, mengatakan bahwa alam ini pada mulanya adalah gas yang berserakan secara teratur di angkasa luar, sedangkan kabut-kabut atau kumpulan kosmos-kosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat (41:11).<br /><br />Masih banyak teori lain dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, tetapi yang akan dibahas pada makalah ini adalah teori penciptaan menurut al-Qur’an.<br />Terdapat beberapa postulat universal al-Qur’an yang berbicara tentang bagaimana penciptaan alam semesta. Pertama, alam semesta bukan tercipta dengan sendirinya (al-Jatsiyah [45]:24), melainkan merupakan ciptaan Allah melalui proses selama “enam hari” ([7]:54, [10]:3, dan [25]:59) dengan firmannya “kun fa yakun” ([2]:117 [3]:47, 59 [6]:73 [16]:40 [19]:35 [36]:82 dan ayat [40]:68). Kalimat "kun fa yakun" sebagai firman Allah menunjuk pada suatu proses yang tanpa mengenal ruang dan waktu.<br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِنْ هَـذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ<br /></div><br /></big></big></big><br /><br />Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata." (Hud [11]: 7)<br /><br />Dalam menjelaskan “enam hari” dalam ayat di atas, Imam al-Thabary mengutip sebuah hadits dari Abu Hurairah yang secara eksplisit dapat dipahami bahwa “enam hari” ini diuraikan dengan penjelasan sebagaimana enam hari yang kita pahami hari ini yaitu nama-nama hari Ahad sampai Jum'at. Lain halnya dengan Rahman, proses “enam hari” ini menunjuk pada eksistensi Allah dalam penunjukan terhadap suatu proses berangsur-angsur di luar dimensi ruang dan waktu.<br /><br />Kata Arsy’, menurut Baiquni, harus dipahami sebagai “kekuasaan atau pemerintahan”, bukan dengan kata “singgasana” sebagaimana dipahami oleh kebanyakan mufassir, sebab singgasana merupakan lambang dari kekuasaan. Kata "ma_an" dalam ayat yang sama diartikan “suatu bentuk Fluida (zat alir yang panas), bukan air dalam arti biasa sehingga bila dikatakan bahwa tahta-Nya berada di atas ma_an, maka pernyataan tersebut mengandung makna bahwa pemerintahan-Nya ditegakkan pada seluruh isi alam yang pada waktu itu masih berbentuk fluida atau zat alir panas.<br /><br />Dengan begitu, anggapan bahwa alam semesta tercipta dengan sendirinya dan tersedia sejak azali, sebagaimana dikemukakan oleh berbagai kalangan di dunia Barat, ditolak oleh al-Qur’an.<br /><br />Tentang bagaimana alam semesta ini tercipta, QS. Al-Anbiya ayat 30 merupakan salah satu jawaban terhadap pertanyaan tadi. Allah SWT berfirman:<br /><br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقاً فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ<br /></div><br /></big></big></big><br /><br />"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada beriman?".<br /><br />Pernyataan Allah dalam al-Qur’an tersebut diamini oleh para fisikawan dan astronom. Mengenai alam yang berasal dari suatu yang padu, kemudian dipisahkan dan kelak saat kiamat akan disatukan lagi, semua ada dalam teori penciptaan dan akhir alam semesta. Big Bang (dentuman besar) adalah teori yang diajukan sebagai awal terjadinya alam semesta, semesta Big Crunch (kerkahan besar atau tumbukan besar) adalah akhirnya.<br /><br />Menurut Ahmad Baiquni, seorang fisikawan sekaligus pemikir dari kalangan Islam Indonesia, ayat tentang penciptaan bumi dan langit di atas dapat dipahami dengan menggunakan teori ilmu pengetahuan alam. Ia menyatakan,<br /><br />"Munculnya konsep “kosmos yang berekspansi” telah menjuruskan para fisikawan pada suatu kesimpulan bahwa sekitar 12.000 juta tahun yang lalu, alam semesta ini, energi/materi beserta ruang waktu, keluar dengan kekuatan yang sangat dahsyat dari suatu titik singularitas dengan temperatur dan kerapatan yang sangat tinggi yang tak ada bandingannya. Sebelum itu tak ada energi, tidak ada materi, tidak ada ruang dan waktu. Jika langit (ruang waktu) dan bumi (ruang materi), semua berada dalam satu titik, maka tak ada suatu apapun yang lebih padu daripadanya; sebab dalam suatu titik pisis pun tak ada kata di sini atau kata di sana. Penciptaan ini yang diikuti oleh gejala inflasi yang mendorong alam membesar secara eksponensial menunjukkan kelajuan pengembangan yang eksponensial serta pelajuan yang eksponensial pula, melebihi apa yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh gaya yang biasa".<br /><br />Dalam ayat lain, Fushilat [41]:11, diungkapkan:<br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ<br /></div><br /></big></big></big><br /><br />"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa'. Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan suka hati".<br /><br />Baiquni menerjemahkan kata "dukhan" dengan “semacam embun” bukan asap sebagaimana banyak dikenal selama ini. Langit atau dapat dikatakan lapisan angkasa bumi berada 100 km atau 62 mil di atas bumi. Ukuran ini ditetapkan oleh Federation Aeronatique Internationale sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.<br /><br />Di ayat lain Allah berfirman bahwa Ia menciptakan “tujuh langit yang berlapis-lapis” sebagaimana terdapat dalam QS. [67]: 3.<br /><br /><br />Dalam terminologi tasawuf angka tujuh digunakan sebagai simbol untuk menunjuk kesempurnaan (kebesaran) ciptaan Allah yang mengenal batas. Pemisahan satu yang padu ini, menurut Al-Thabary, karena sebelum dipisahkan tidak ada sesuatu yang muncul dari keduanya. Maka Allah memisahkan langit dengan hujan dan bumi dengan tumbuh-tumbuhan. Hal ini sesuai dengan Al-Thariq 11-12, yang berbunyi:<br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />وَالسَّمَاء ذَاتِ الرَّجْعِ<br />وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ<br /></div><br /></big></big></big><br />Kedua, alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan kadar ukurannya sebagaimana diungkapkan dalam QS Al-Qamar [54]:49 (bandingkan dengan [15]:21 atau [20]:50 dan [87]:2-3).<br />Maksudnya, bila Allah menciptakan sesuatu, maka kepadanya Allah memberikan kekuatan atau hukum tingkah laku (petunjuk, perintah, atau ukuran), dan dengan hukum tingkah laku inilah ciptaan-Nya ini dapat selaras dengan ciptaan-ciptaan-Nya yang lain di alam semesta. Jika sesuatu ciptaan melanggar hukumnya dan melampaui ukurannya, maka alam semesta menjadi kacau.<br /><br />Dalam kaitannya dengan hal di atas, Fazlur Rahman menegaskan bahwa perkataan “ukuran” itu mempunyai bias holistik yang kuat, yaitu pola-pola, watak-watak dan kecenderungan-kecenderungan. Di sini Rahman bermaksud menjelaskan bahwa “ukuran” itu tidak boleh dipahami sebagai mendukung teori predeterminasi (takdir), meskipun dapat diartikan semacam “determinisme holistik”. Perkataan “ukuran” itu harus dipahami bahwa kesempurnaan alam semesta ini “terhingga” atau “terbatas”. Sebab, yang tak terhingga dan yang tak terbatas hanyalah Allah semata.<br /><br />Ketiga, watak alam semesta. Al-Qur’an menyebutkan bahwa setelah perbentangan alam semesta, kemudian Allah duduk di atas Arsy ([7]:54 dan [10]:3) yaitu untuk mengatur alam semesta dan menurunkan perintah-perintah-Nya melalui malaikat-malaikat dan ruh qudus ([22]:5, [70]:4, [34]:2, [57]:4. (Bandingkan dengan [97]:4)<br />Hal ini mengandung pengertian bahwa, meskipun jagad raya ini mempunyai sebab-sebab alamiahnya sendiri, dia tidak berdiri dengan otonomi mutlak, melainkan berhubungan dengan sebab-sebab Ilahiah. Dikatakan pula dalam al-Qur’an bahwa, keseluruhan alam semesta adalah “muslim” karena segala sesuatu yang ada di dalamnya (kecuali manusia yang dapat menjadi muslim atau tidak menjadi muslim) menyerah pada kehendak Allah ([3]:83) dan setiap sesuatu memuji Allah ([57]:1, [61]:1, [17]:44, [24]:41, dan lainnya).<br /><br />Pertanyaan selanjutnya adalah kapan Tuhan menciptakan alam semesta. Seorang Sufi Spanyol, Ibnu Arabi, mengatakan bahwa pertanyaan “kapan” dinilai tidak tepat. Karena perkataan “kapan” merupakan suatu ungkapan yang berdimensi waktu, sementara waktu hanya terkonsepsi dalam dunia relasi (yaitu setelah adanya relasi itu sendiri) dan Tuhan bebas dari dimensi ruang dan waktu. Dalam konsepsi Ibnu Arabi, waktu merupakan hubungan antara satu gerak dengan gerak lainnya yang tidak ditemukan dalam dunia ontologis, meskipun jejak-jejaknya dapat dipahami dalam dunia rasional.<br /><br />Keempat, tentang fenomena alam. Al-Qur’an menuturkan, matahari bergerak (di atas jalurnya). Allah SWT menetapkan tempat-tempat tertentu kepada bulan, matahari tidak mengejar bulan, dan siang tidak mendahului malam; masing-masing beredar pada tempatnya ([36]:38-40). Bumi pijakan manusia tidak terbang dan langit yang menopang jagat raya tidak ambruk ([34]:9, [50]:6, [51], 47 dan [13]:2). Tidak ada kejanggalan dalam fenomena alam (QS 67: 3-4). Gunung-gunung yang disangka tetap kokoh pada tempatnya, sebenarnya ia bergerak bagaikan awan. Itulah ciptaan Allah yang telah menyempurnakan setiap sesuatu ([27]:88).<br />Alam dan fenomena alam merupakan pertanda atau mukjizat yang menakjubkan. Akan tetapi, manusia gampang “melupakan” Allah bila alam menguntungkannya; hanya ketika alam menyebabkan kemalangan kepada dirinya barulah dia menemukan Allah [24]:39. Setelah Allah menyelamatkannya, ia kembali mengingkarinya dan melakukan perbuatan-perbuatan negatif (QS 10:23). (Bandingkan dengan [29]:65)<br /><br />Kepada Nabi Muhammad Saw, Allah memberikan mukjizat berupa wahyu al-Qur’an. Siapapun tidak ada yang mampu membuat persamaan al-Qur’an ([2]:23, [10]:38, [11]:13, [17]:88, dan [52]:33).<br />Seperti halnya alam semesta yang merupakan “kata-kata” Allah yang tidak akan habis-habisnya, demikian pula halnya dengan al-Qur’an. Seperti alam semesta, al-Qur’an turun melalui Nabi Muhammad dengan “seizin” Allah, dan jika Allah menghendaki maka Dia dapat menghentikan wahyu-wahyu.<br /><br />Dalam hubungannya antara wahyu al-Qur’an sebagai “petunjuk” dan fenomena alam sebagai “tanda-tanda” kebesaran Allah, maka keduanya adalah sama-sama sebagai mukjizat. Jagat raya ini terkadang disebut pula sebagai al-Qur’an besar. Al-Qur’an menegaskan, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS Ali Imran [3]:190-191).<br /><br />Kelima, kegunaan alam semesta. Pernyataan al-Qur’an tentang regularitas (keteraturan) alam semesta sering kali digunakan untuk membuktikan kegunaan alam semesta ini bagi manusia. Alam semesta ini disediakan untuk dimanfaatkan oleh manusia demi mencapai tujuan-tujuannya. Tujuan utama manusia adalah mengabdi kepada Allah, bersyukur kepada-Nya, dan menyembah hanya kepada-Nya. Ternyata alam semesta mengabdi kepada manusia dan dia dapat digali oleh manusia ([2]:29, [31]:20, [45]:12). (Bandingkan dengan [14]:32; [16]:12-14; [22]:65; [29]:61; [31]:29; [35]:13; [39]:5; [43]:12 dll)<br /><br />Meskipun menggambarkan kekuasaan Allah, namun tujuan utama dari ayat-ayat di atas adalah untuk memperlihatkan bahwa Allah menggunakan kekuasaan-Nya itu untuk kebaikan manusia. Manusia dipersilahkan untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk kebaikan. Dditegaskan pula, penciptaan alam semesta ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan dengan sia-sia atau untuk main-main, tidak seperti pandangan orang-orang yang mengingkari atau yang tidak bersyukur. ([38]:27 dan [3]:191).<br /><br />Jelaslah bahwa penciptaan alam semesta, di samping untuk menunjukkan kebesaran Allah, disediakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan vital manusia.<br /><br />Terakhir, postulat keenam, tentang kehancuran alam semesta, yaitu yang dibuat oleh manusia dan yang disengaja oleh Allah.<br />1. Manusia dapat melakukan kerusakan alam semesta akibat tangan-tangan mereka sendiri. Jika manusia membuat kerusakan di muka bumi, alam semesta ini juga akan mengalami kerusakan dalam arti sesungguhnya. Hal-hal semisal pencemaran ekologis dan penipisan ozon adalah contoh perusakan alam semesta oleh tangan-tangan manusia.<br /><br />2. Alam semesta memiliki batas akhir. Dengan jelas al-Qur’an menggambarkan kehancuran di hari kiamat nanti ketika Allah menghapuskan hukum alam yang pernah diadakan-Nya. Di hari kiamat nanti, seluruh bumi berada dalam genggaman-Nya, dan jagad raya yang maha luas ini teremas di tangan kanan-Nya [39]:67. “Apakah Allah sedemikian letih setelah menciptakan alam semesta ini sehingga Dia tidak dapat menciptakan yang lain?" (QS 50:15.<br />Menurut Rahman, kehancuran alam semesta oleh Allah ini tidak terjadi secara sia-sia, tetapi untuk mewujudkan susunan unsur-unsur serta faktor-faktor fisis dan moral, atau sebuah ciptaan dengan level yang baru.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">E. KESIMPULAN</span><br /><br />Penciptaan alam merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Penjelasan di atas adalah sebagian kecil dari fakta dan data yang kita ketahui tentang jagat raya tak terbatas yang Allah ciptakan jauh sebelum kita hidup. Kenyataan tersebut membuktikan kemahaluasan dan kemahahalusan ilmu Allah dibandingkan pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada kesulitan bagi Allah untuk mencipta dan menghancurkan alam semesta ini. Ungkapan kesyukuran atas segala nikmat alam semesta ini dibuktikan dengan sikap bersahabat dengan alam yang lebih baik.<br /><br />Ayat-ayat kosmologis dalam al-Qur’an merupakan pertanda lain dari fakta alam semesta. Keduanya saling menjelaskan satu sama lain. Makro-kosmos dan mikro-kosmos merupakan bukti nyata akan belas kasih-Nya terhadap manusia di muka bumi.<br /><br />Sebagai bahan renungan, banyak bencana yang terjadi karena ada sebagian makhluk-Nya yang melampaui ukuran dan melanggar aturannya. Menyalahi aturan, ratqh, dan segala ketetapan ROBB.<br /><br />Wallohu A’lamu bi murodihi.<br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-23432456467832283192010-04-07T00:41:00.001+07:002010-04-07T00:43:01.555+07:00BULAN SHAFARPenulis: <span style="font-weight: bold;">Bid. Dakwah PD. Pemuda Persis Kab. Bandung</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi81Fz5_27XnHeMz5nnoN0yD7_LHydA7dkRaCQLEeyrLMQc_cFBEmYvXMYTHq1UVoK1u27pC4sSJ750l21PbSHTjOVsM0OO4DE65_eWfZZRyUYq4rBoZedl95PfyJL7AV_6o071vCpALiw/s1600/Bulan.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 115px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi81Fz5_27XnHeMz5nnoN0yD7_LHydA7dkRaCQLEeyrLMQc_cFBEmYvXMYTHq1UVoK1u27pC4sSJ750l21PbSHTjOVsM0OO4DE65_eWfZZRyUYq4rBoZedl95PfyJL7AV_6o071vCpALiw/s320/Bulan.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457055012122296530" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Shafar adalah bulan kedua dalam tahun Hijriyah sesudah bulan Muharram.<br />Orang-orang Jahiliyah beranggapan, bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak menguntungkan. Anggapan demikian, oleh Rasulullah Saw, dinyatakan tidak ada (tidak sah). Anggapan ini seperti halnya anggapan bahwa hari Rabu mendatangkan sial, dll. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.<br /><br />Dalam sebuah hadits disebutkan:<br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ<br /></big></big></big><br /></div><br />Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah dan shafar". (HR Al-Bukhariy, Kitab al-Thibb no. 5757; Muslim, Kitab Al-Salam no. 2220)<br /><br /><span class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">Pantang Mengawinkan</span><br />Pada bulan Shafar dianggap tidak boleh mengawinkan. Katanya, walaupun tidak tabu, menurut cerita, pada bulan Shafar biasa dipakai kawin anjing (banyak anjing yang bersetubuh). Tapi pantangan ini hanya untuk kawin yang betul-betul memakai tata cara adat yang sebenarnya. Kalau kawin yang melanggar adat karena kepentingannya mendesak, tidak menjadi halangan walaupun bulan Shafar.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Rebo Wekasan</span><br />Hari Rabu terakhir bulan Shafar dianggap naas membawa sial, disebut Rebo Wekasan. Katanya hari tersebut adalah hari turunnya beribu-ribu, malah berpuluh-puluh ribu macam penyakit dan kecelakaan kepada umat manusia. Kemudian ada syaratnya yaitu dengan salat sunat dan jimat Rebo Wekasan yang ditulis pada kertas lalu direndam dengan air, kemudian air itu dipakai untuk mandi dan keramas.<br /><br />Orang-orang biasanya pada hari itu dicukur atau digunting rambutnya. Perempuan-perempuan yang berambut panjang dipotong ujungnya kira-kira dua jari. Bagi orang-orang yang percaya kepada cerita, harus selamatan dengan ketupat dan tantang angin. Maksudnya berbeda-beda; ada yang ingin selamat dari kecelakaan, ada yang ingin awet muda, ada yang bermaksud menjauhkan penyakit-penyakit yang mungkin akan timbul, pemuda-pemuda ingin cerdas, atau pemudi-pemudi ingin panjang rambut.<br /><br />Sebagian kaum muslimin ada yang menyandarkan keyakinan tersebut pada sebuah riwayat:<br /><br /><big><big><big><br /><div style="text-align: center;"><br />عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : " آخِرُ أَرْبِعَاءٍ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْس <br /></big></big></big><br /></div><br />Dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Hari Rabu terakhir pada suatu bulan adalah hari sial (nahas)".<br /><br />Menurut Muhammad bin as-Sayyid Darwisy al-Hut, "Hadits tersebut Maudlu". (Asnal Mathalib hal. 9 no. 2)<br />Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu al-Farj Ibnu al-Jauziy pada al-Maudlu'at juz II hal.73 melalui rawi yang bernama Maslamah bin al-Shalt al-Syaibaniy.<br /><br />Walaupun Imam Ibnu Hibban memasukkannya pada Kitab al-Tsiqat (Kitabuts Tsiqat juz IX hal. 180), namun mengenai rawi tersebut Imam Abu Hatim berkata, "Matrukul hadits". (Mizan al-I'tidal, jilid IV hal. 109 no. 8523; Lisan al-Mizan, juz VI hal. 39 no. 8372; al-Jarhu wa al-Ta'dil, jilid VIII hal. 269 no. 1228; Al-Maudlu'at, juz II hal. 74, Mishbah al-Arib, juz III hal. 285 no. 26967; al-Mughniy fi al-Dlu'afa, juz II hal. 292 no. 6232)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Selamatan bayi</span><br /><br />Bila ada bayi yang dilahirkan bulan Shafar, ketika lahir bayinya harus ditimbang. Timbangannya dengan padi atau beras, kalau ada dengan apam, seberat bayi itu, lalu apam atau beras itu disedekahkan kepada paraji. Ayah ibu si bayi harus selalu ingat bahwa anaknya itu dilahirkan pada bulan Shafar. Anak yang dilahirkan bulan Shafar harus diselamatkan walaupun hanya sepiring apam.<br />(Adat Istiadat Sunda, hal. 162-163)<br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-5810303056241455202010-04-07T00:39:00.001+07:002010-04-07T00:41:35.553+07:00DAHT dan NAHTPenulis: <span style="font-weight: bold;">Bid. Dakwah PD. Pemuda Persis Kab. Bandung</span><br /><br />Daht dan Naht itu dua patah kata pada logat Persia.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm3rAx7GFlnANxDm6a-l45TEQGixu3h9hr6rQvb_GYRzv7noluAL7CxOrHw9tKF3HB6CjpVEQ7op8zv184Uyn_vrAE0tlMnmyk1vGHUl_tgNiVgoVSilvcuU2ArxN5pmhoLUUvG5r_gS4/s1600/Tenaga+Dalam.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 77px; height: 115px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm3rAx7GFlnANxDm6a-l45TEQGixu3h9hr6rQvb_GYRzv7noluAL7CxOrHw9tKF3HB6CjpVEQ7op8zv184Uyn_vrAE0tlMnmyk1vGHUl_tgNiVgoVSilvcuU2ArxN5pmhoLUUvG5r_gS4/s320/Tenaga+Dalam.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457051416272579426" border="0" /></a><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;">Daht ialah tenaga tersembunyi dalam diri manusia dan hayawan, ada yang bangkit bekerja dan ada pula yang seolah-olah tidur, tetapi Daht tidur adakalanya bangkit karena suatu sebab.<br />Daht yang bangkit bekerja itu terdapat dalam diri binatang pengganas pemakan daging, di antaranya pada puak harimau, beruang, musang, anjing, burung dan hayawan laut.<br /><br />Naht dinamakan pula daya Sihir, artinya tenaga luar, tenaga bantuan.<br /><br /><span class="fullpost"><br />Daht ialah tenaga dalam, tenaga yang tumbuh dalam diri hayawan sebagai karunia dari Allah SWT.<br />Naht itu dapat terjadi apakala Syaithan datang membantu yang adakalanya datang tanpa dipinta. Syaithan pembantu Naht itu adalah syaithan puak jin.<br /><br />Daht bukanlah tenaga ghaib, tetapi tenaga yang ada pada setiap manusia dan binatang. Daht tersimpan dalam ulught, ialah serabut saraf otot terdalam di bawah saraf-saraf perasa pada kulit, karena itulah wajar bila Daht dinamakan tenaga dalam, tetapi kebiasaan orang mengartikan Naht pun dengan istilah tenaga dalam, sanya Naht itu tenaga luar.<br /><br />Daht pada manusia dapat bangkit apakala tengah marah, tengah ketakutan atau karena suatu gerakan yang disertai pernafasan.<br />Daht manusia itu dapat melebihi Daht binatang buas pengganas apabila terlatih dengan tekun.<br /><br />Daht dalam ulught itu berupa benda yang terujud dari pelbagai zat di antaranya makanan. Pembentukan Daht itu lakuran zat kapur, besi, fika dan tira yang berasal dari panas matahari.<br />Daht menjadi kuat dan menyala dengan berlatih teratur, banyak makan sayuran yang mengandung fika, kapur, zat besi dan tira. Tira pun boleh dialap dengan berjurus pada masa terik untuk racun dan sinar pagi untuk pengobatan. Perbanyaklah jurus pernafasan dan perbanyaklah makan sayur mayur segar berona hijau.<br /><br />Gerakan yang menyalakan Daht itu jurus yang teratur dan tertib. Adakalanya Daht itu bukan bekerja tetapi rusak, karena gerakan salah atau bertentangan.<br /><br />Gerakan dan aliran yang menimbulkan Daht di antaranya:<br />Yoga, Dahtayana, gerakan khas Saolin, Orluq, Suyi, Bahroiy dan Payuk.<br /><br />Berlari dengan mengatur nafas pada masa terik matahari akan memperkuat daya daht. Akan terjadi kerusakan Daht akibat belajar dua gerakan yang tiada serumpun dan keduanya mempergunakan pernafasan yang berbeda.<br /><br />Tanda seorang empunya medan Daht bila ia tengah duduk kemudian kita menghampirinya diam-diam dari belakang, maka orang tersebut akan merasakan sesuatu apabila kita memasuki medan Dahtnya itu, kabar diterima oleh saraf firasat pada kuduk dan pada kuduk itu terdapat serabut ulught yang cepat menerima segala rangsangan. Hasath pun dapat dilatih dengan melatih saraf kuduk itu.<br /><br />Daht dialap untuk dijadikan pelengkap gerakan jurus, dialap secara wajar, tidak ada pemujaan guru, tidak ada bacaan-bacaan jurus, tidak bertentangan dengan syara dan keimanan dan bertujuan mempertahankan hak, bukan untuk menjadi juara atau ketakaburan.<br /><br />Naht dialap dengan serba kemusyrikan, dibumbui dengan takhayul dan bid’ah walaupun adakalanya dipergunakan untuk tujuan mulia tetapi salah tharikat, mencari kesaktian dan menginginkan jadi juara. Pandai bermain ilmu Daht pun bila tiada memiliki ilmu perkelahian tiadalah berguna.<br />Apabila Daht itu berbumbu sihir adakah kita takutkan ?<br /><br />Berhati-hatilah akan segala lambang, perbuatan, cara bersalam Budha, penyembah berhala dan perbuatan yang mengarah pada kekufuran, buanglah jauh-jauh.<br /><br />Tiadalah perlu takut akan mereka yang mengkaji segala persyirikan itu, hadapilah mereka dengan iman yang kuat dan pembelaan diri yang murni. Sanya sihir itu hanya mamudharatkan mereka yang berjiwa lemah. (Disarikan dari Kitab Daht)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">DAHT BUAIAN</span><br /><br />Daht Buaian terjadi karena gerakan salah atau tidak tertib berurutan, walaupun timbul tetapi kurang berfaedah, sifatnya berdaya tarik menarik sejenis, seperti tampak pada gerakan-gerakan seni Silat Kaifen di Cina, di antaranya 17 gerakan dimulai dengan tinju tahan bersama lemah, tahan nafas dengan kedua belah kuda-kuda tertentu, tiada penyerangan dan penghindaran, tangkisan atau berganti langkah. Langkahnya hanya bergeser searah (selusur).<br /><br />Daht Buaian biasa digunakan dalam permainan, seperti pengisian dinding yang bermuka lebar seumpama lantai, muka dinding, udara dan langit-langit. Diletakkannya daht buaian dengan jalan pandangan mata tajam terpusat sehingga daht tersalur pada kedua bola mata terpancar masuk, lalu melekat pada benda yang ditatapnya atau mengisi dengan gerakan tangan sehingga keluar dari jari-jarinya daht tersebut, atau dengan suara, tiupan, curahan air dan versi-versi lainnya.<br /><br />Daht Buaian diragukan untuk dijadikan alat pembelaan diri, karena gerakan itu lemah dan tidak beracun, orang yang terlempar tidak merasakan sakit, hanya berlaku bagi kawan atau lawan yang mengkaji permainan sejenis atau tengah marah dengan kadar tertentu. <br /><br />Di Hindustan dan Cina terdapat beberapa macam permainan Daht Buaian seperti Tarayana dan Dahtayana.<br />Beberapa aliran Silat Cina mempergunakan permainan pengisian permainan Daht itu sebagai pelepas lelah setelah berlatih berat, di antaranya aliran Naga Biru dan Teratai Putih dari pecahan Shaolin.<br /><br />Daht Buaian tiada mengenai sasarannya bila tidak didahului oleh lawan, karena Daht Buaian bekerja jika bersentuhan dengan Daht Buaian yang sejenis. Seorang Guru Silat berpendapat bahwa permainan Daht Buaian berguna untuk kesehatan tubuh dan pengujian akan ketangkasan seorang murid, tetapi jika kita teliti guru-guru pengkaji Daht Buaian tersebut rata-rata mengidap penyakit pernafasan.<br /><br />Kitab SIN KUNG dari seorang Cina Muslim pengkaji tarekat Sufi menceritakan kegunaan Daht Buaian itu, seperti menangkap pencuri, menyuburkan tanaman, pengasih dsb, semuanya membuat pengkaji Daht yang sesungguhnya menggelengkan kepala, karena tidak termakan oleh akal dan menyesatkan.<br /><br />Di Indonesia khususnya Jawa Barat pada tahun 1920 Tjoa Nam Fu, Cina peranakan Semarang mengajarkan Silat Kaifen. Seorang muridnya bernama Mahmud, setelah ia mendapatkan jurus-jurus Kaifen bergelar Nampon (dari kata Namfu).<br />Nampon berkembang ke seluruh pulau Jawa, ada yang masuk ke dalam aliran Kebatinan, di antaranya jurus-jurus Lontang dan Jero. Ada yang berkembang di kalangan Sosialis dan Komunis di antaranya Silat Karahan dsb.<br /><br />Sesungguhnya di kalangan Pesantren telah berkembang juga Istigasah dan Asrar, serumpun dengan Nampon itu (Jari Budha) yang sudah diganti dengan bacaan dzikir.<br /><br />Jurus pernafasan berkembang pesat sejak tahun 1960, ada yang diberi baju Komunis, Kong Hu Cu, Hindu Dharma dan Islam.<br />Sekarang yang berpangkal dari ajaran Jurus Kaifen itu di antaranya:<br />o Asrar<br />o Satria Nusantara (SN)<br />o Al-Hikmah<br />o Sin Lam Ba<br />o Silat Buhun<br />o Nampon Cikaraten<br />o Bandon<br />o Prana di Bali<br />o Istigosah<br />o Tri Rasa dsb (kurang lebih 165 aliran)<br /><br />Silat Kaifen tidak terlepas dari unsur agama yaitu Budha, sedangkan agama Budha identik dengan Yoga. Sekarang jika kita kaji Daht Buaian, menurut cara Yoga, berarti kita mengikuti satu segi ibadah dari mereka. Hal ini berarti kita mengikuti tata cara ibadah suatu kaum dan kita akan digolongkan sebagai kaum yang kita ikuti tata cara ibadatnya itu.<br /></div><br /><br /><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1738600953627683320.post-13853246004025666812010-04-07T00:35:00.000+07:002010-04-07T00:39:47.994+07:00PERKEMBANGAN SURULKHANPenulis:Bid. Dakwah Pemuda Persis Kab. Bandung<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBzo56CxBO-RMtfgCjSIH68qITiqDiA6bIlK_oE40Qbg3pRRV8qzmpmAJZgOz9oNhwyTPSqE-6yem_uwepP_wbnIO9UbZHxT_IxHQmbN0-U8OGvGzEIFVZV_8Xu9G-OxJrcsZ_ttCFmbA/s1600/Syufu.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 149px; height: 100px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBzo56CxBO-RMtfgCjSIH68qITiqDiA6bIlK_oE40Qbg3pRRV8qzmpmAJZgOz9oNhwyTPSqE-6yem_uwepP_wbnIO9UbZHxT_IxHQmbN0-U8OGvGzEIFVZV_8Xu9G-OxJrcsZ_ttCFmbA/s320/Syufu.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5457041806333121746" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Syahdan terpecahkan puar oranglah kabar-berkabar akan hal ceritera pekembangan Shurulkhan itu, maka sebermula lahirlah sejenis cahara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak – tinju dan pemainan senjata dan dinamakannya jenis pembelaan diri itu “Kagrul”. Maka adalah tatkala berkembang ajaran Buddha pada suku-suku Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati tejadilah perlakuran Kagrul itu dengan olah peraturan nafas Kampa. Maka semula di benua Cinapun sejak beribu tahun awal aliran Shourim itu telah ada sejenis silat beranak akan hal ihwal perkelahian binatang.<br /><br /><span class="fullpost"><br />Maka adalah kata sahibul hikayat seorang raja di Benua Hindustan yang berputera banyak, maka putera keempat sri baginda itu seorang pemeluk Buddha dan taat dan ditinggalkannya segala upacara kebesaran dan leba harta dan dipilihnya hidup dalam wihara dan lalu ditukarlah nama aslinya itu menjadi Ponitorm dan disebut Tamo Sozhu oleh orang Cina.<br /><br />Alkisah Ponitorm pun pergi berkembara meninggalkan Benua Hindustan mara Benua Cina dan pada masa itu ajaran Buddha itu telah berkembang di Cina hanya telah berlaku adat istiadat orang Cina itu sehingga berambanglah sudah. Maka terlalulah jauh perjalanan yang di tempuh Ponitorm itu. Lalu pada suatu hari sampailah ia akan kawasan Kerajaan Liang dan raja negeri itu bernama Wu.<br /><br />Maka eratlah pergaulan Ponitorm itu dengan baginda Raja Wu itu, tetapi konon timbullah fitnah angin sehingga baginda pun kurang menyukai Ponitorm itu, apa pula ia dianggap pembantah dan berkeinginan lain dari pada kesukaan hati baginda Wu itu. Maka Ponitorm pun meninggalkan berana Kerajaan Liang itu berkembara pula ke arah utara dan sampailah konon akan sebuah bukit dan di atas bukit itu dijumpainya ada sebuah rumah berhala yang terlalu amat rusak tampaknya. Lalu Ponitorm dibantu segala pengikutnya itupun merolak bentuk rumah berhala itu sehingga terbentuklah sebuah Wihara Buddha.<br /><br />Alkisah datanglah ramai umat Buddha itu kepadanya dari sebentara negeri-negeri dan kampung dari alam Benua Cina itu sehingga ramailah sudah dan terkenallah akan nama Kao San Shourim Sze biara Shourim di Bukit Kao. Maka menurut ceritera dalam kitab-kitab Cina Buddha adalah Ponitorm itu suah bertepekur menghadap sebuah bukit sembilan tahun lamanya sehingga konon terbitlah kesaktiannya itu. Maka karana terlalu amat banyak murid-murid Shourim itu di usik orang yang membenci akan ajaran Buddha itu dan gangguan segala perampuk penyamun yang berkelara di negeri itu, lalu Ponitorm pun menyusun serangkaian gerakan pembelaan diri lakuran kampahana tinju Hindustan yang ia bawa, silat Cina purba, lalu diaturlah dengan jalan pernafasan yoga terbentuklah Shourim Kumfu atau Shao Lin Kungfu dalam lidah Cina, pengkajian Shourim Kumfu itu berkitabkan I Zenzang serta ilmu bathinnya itu Hzen Souzen. Maka berkembanglah aliran Shourim Kumfu itu ke seberinda alam Benua Cina itu.<br /><br />Maka tatkala penghancuran akan Wihara Shourim oleh pihak kerajaan yang membenci ajaran Buddha, pecahlah aliran Shourim itu menjadi berpuluh firkah dan setiap firkah pun berkembang sendiri dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran itu.<br />Syahdan berkembanglah aliran Shourim ke arah utara luar benua Cina itu masuk daerah orang Lama dan orang Wigu, maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah Cina arah utara itu masuk Islam lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Buddha itu di bawanya pula dalam alam Islam tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan ke-Buddhaan seumpama segala penyembahan, cahara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang dan segala istilah.<br /><br />Konon datanglah seorang laki-laki bangsawan bernama Je’nan ke tanah Sanyu. Maka berceriteralah Hamet Oklay Tugluq akan hal Je’nan itu, katanya: “Semula Je’nan termasuk bodoh dalam ilmu pembelaan diri walaupun ia termasuk pandai dalam ilmu-ilmu lain seumpama ilmu Syara sehingga ia terkenal sebagai ahund muda. Maka Je’nan bekerja di lanah besar dan tatkala ia dengar ada semacam ilmu pembelaan diri ajaib ia tertarik akan keajaiban itu walaupun pada masa itu ia tiada bersaksi mata. Ia hanya terima kabar angin dari mulut ke mulut anak-anak lanah".<br /><br />Maka pada suatu hari pergilah ia akan sebuah ruangan besar dalam lanah itu berdinding tanah liat dan tampaklah sekawan tamid tengah turgul sungguh mengasikkan dan berkesan dalam hati Je’nan, kemudian fikirnya melubuk: “Mengapatah aku terlalu bodoh dalam ilmu pembelaan diri dan mengapatah aku menjadi seorang laki-laki lemah semacam perempuan penari kerajaan!”<br />Maka Je’nan pun bertepekurlah dan terganggulah alam fikirannya itu akan guna segala ilmu pembelaan diri itu, apa pula ia pernah berbantah dengan seorang asykar kerajaan yang membenci Islam dan Je’nan ditampar dan muka Je’nan pun diludahinya. Maka bangkitlah semangat Je’nan. Ia mendatangi guru ilmu perkelahian orang Wigu dan di kajinya sepak–tinju orang Wigu itu enam bulan sembilan hari lamanya.<br /><br />Maka datanglah ia akan pendekar Namsuit dan usia pendekar itu sudah lanjut lebih seratus tahun kiranya. Tetapi pendekar itu masih kuat memutuskan rantai besi. Maka Je’nan pun berkaji ilmu pembelaan diri akan pendekar Namsuit itu, maka suatu keajaiban menimpa dirinyalah. Setelah ia berlatih tekun bertahun-tahun ia menjadi seorang pendekar. Ia semula dicemoohkan Sehayt segala tamid tinggi yang pernah setingkat dengan Je’nan itu, lalu timbullah niat Je’nan hendak mencobakan ilmu yang pernah dikajinya itu. Diajaknya pencemooh itu turgul dan segala pencemooh itu pun undurlah dan alahlah sudah. Maka pada suatu ketika ia telah dianggap setaya guru dan hairanlah orang akan Je’nan, sebab tiada seorangpun pernah dengar ia berguru ilmu pembelaan diri itu.<br /><br />Alkisah seorang pendekar kerajaan hendak mencoba akan dia lalu hendak berpura-pura berguru akan Je’nan itu. Tetapi pendekar kerajaan itu pun alahlan mendapat malu. Lalu pendekar kerajaan itu pun bergurulah pada Je’nan, tetapi hati Je’nan sendiri merasa terlalu amat rendahlah ilmu pembelaan diri yang ia miliki itu walaupun telah tersiar luaslah kabar berkabar akan kehaibatan ilmu ahund muda itu.<br /><br />Maka pada suatu hari ia meninggalkan lanah berpesiar ke tanah timur mendatangi guru-guru yang ditunjukan pendekar Namsuit kepadanya, ketika berpesiar itu di dalam perjalanan ia ditegah seorang penyamun puak Mong si Ha’ul namanya, ia ahli dalam ilmu banting membanting, matanya sipit, alisnya tebal bersambung, badannya seumpama raksasa. Tetapi Je’nan tiadalah undur menghadapi si Ha’ul itu. Ditambatkannya kuda putihnya itu lalu ditegurnya si Ha’ul dengan sopan santun, tetapi si Ha’ul langsung hendak menyerangnya karena tampaklah kantung emas pada pinggang Je’nan itu.<br />Maka undurlah Je’nan sehingga si Ha'ul itu pun jatuh mencium tanah, maka si Ha’ul pun meminta maaf dan ia berjanji hendak mencahari pekerjaan yang layak di luar penyamunan itu.<br /><br />Maka sampailah akan sebuah puak bangsa Kiti, maka diajak oranglah turgul dengan pendekar bangsa Kiti itu dalam semacam perayaan kemenangan, maka dikalahkan Je’nan seorang pendekar Uzusat namanya dalam arat turgullah di istana Kitikhan, sehingga Uzusat itu pun ingin bergurulah kepadanya.<br />Maka Je’nan mengkaji segala gerak-gerik Uzusat tatkala berturgul itu dan di tanyakannya akan dia nama lalu bentuk jurus-jurus yang ia miliki. Uzusat pun berceriteralah sanya gurunya itu berguru di benua Cina pada pendekar-pendekar pengemis Shourim.<br /><br />Lalu pergihlah Je’nan menjumpai tamid-tamid lanah selatan negeri Kuan Zyu yang dikuasai bangsa Han, maka hanya sebagian kecil orang Kuan Zyu itu memeluk Islam dan sebagian besar penyembah berhala.<br />Maka Je’nan mendatangi Szamzi yang berarti pendekar seribu tuah, Szamzi pun ingin mencoba akan Je’nan tatkala mengenal Je’nan dari tanda-tanda yang ia miliki. Maka dipaksa raja mudalah Je’nan berturgullah dengan Szamzi dalam ruang istananya itu, Szamzi pun robohlah dan tubuhnya pun hitam-hitam hangus, maka tatkala sembuhlah Szamzi itu bergurulah pada Je’nan lalu disebarkanlah ajaran Rasulullah saw di negeri itu hanya Je’nan mendapat tantangan bekas tentara kerajaan yang berbadan seumpama gergasi dan ia ingin memperdayakan Je’nan itu dengan serangannya yang dahsyat secara tiba-tiba tatkala Je’nan lepas Shalat Isya dalam sebuah masjid, apapula masa itu musim salju yang dapat membekukan darah, maka bekas tentara kerajaan itu dapat dirobohkannya segera dan kepalanya pun pecahlah, maka orang-orang Islam di negeri itu menasihati Je’nan agar cepat meninggalkan negeri itu, lalu Je’nan pun pergilah dan hampirlah kuda Je’nan terbenam dalam salju yang seumpama buaian kapas itu.<br /><br />Maka Je’nan selalu bertepekur memperhatikan mengkaji segala gerak-gerik binatang dan perkelahian binatang. Ia pernah memperhatikan perkelahian seekor harimau putih dengan seekor harimau belang.<br />Ia pernah memperhatikan seekor kucing, seekor kera besar yang berbulu kelabu, seekor wund, seekor ayam sutera, dan pelbagai jenis serangga; agar tiadalah ia lupa maka ia tuliskan apa yang ia lihat itu seumpama betapa gerakan pembelaan diri ayam bersabung atau seekor lebah bersanggah dengan seekor laba-laba beracun.<br /><br />Alkisah pada suatu hari bertemulah Je’nan dengan Syukit, lalu bertanyalah Je’nan akan Syukit sebab telah ada dengar pesan Namsuit akan hal Syukit menyimpan cahara perkelahian Shourim dalam sebuah kitab, maka katanya: “Wahai Syukit benarkah engkau menyimpan kitab Shourim itu?” Maka sahut Syukit: “Benarlah aku dapat salinan kitab itu dari seorang Cina pemabuk. Mungkinlah si pemabuk itu dapat mencurinya dari Wihara". Maka kata Je’nan pula: “Dapatkah aku pinjam kitab salinan itu?” Maka sahut Syukit: “Bolehlah tetapi berilah aku sekeping uang mas itu. Aku tidak dapat menafkahi anak isteriku pada hari-hari ini dan tuan tanah telah melepasku karena aku dituduhkan mencuri!”<br />Maka Je’nan pun memberinya beberapa keping uang mas sehingga bergembiralah Syukit, mukanya tampak cerah, ia berlari-lari mengambil kitab itu dan diserahkannya akan Je’nan safat itu berbungkus kulit dan sangat tebal berbahasa Cina, tetapi Je’nan mengerti bahasa itu karena ibunya seorang berbangsa Cina dan pernah mengajarkannya tulisan-tulisan gambar itu kepadanya.<br /><br />Maka dikajinya kitab itu lalu sebahagian gerakan-gerakan Shourim itu ia ambil dan ia ubah, maka terbentuklah dua aliran ilmu pembelaan diri. Maka kelak dinamakan Shurulkhan yang berarti rahasia siasat segala raja. Dan akhir ceritera Je’nan itu takkala ia berfatwa di lanah Shurulkhan di hadapan dua puluh sembilan (29) tamid, dua puluh (20) orang tua dan sembilan (9) orang muda.<br />Maka fatwanya:<br />“Sanya mengkaji Shurulkhan ini bukanlah untuk mencapai diri menjadi juara sehingga terpilih menjadi bentara mir atau khan, bukanlah pula untuk bersombong telombong bertebah dada, tenggelam dalam alam ketakaburan, firman Alloh Subhanahu Wata’ala (dalam As-Syura: 42)” Sanya ada jalan pembalasan bagi mereka peleku aniaya dan pengacau di atas muka bumi dengan tiada hak, mereka akan menerima kepedihan siksa!”<br />Bersabda Rasulullah saw: “Sanya Alloh telah mewahyukan kepadaku agar kamu bertawadlu’ sehingga tiadalah seorang menganiaya orang lain dan tiada menyombongi orang lain” (HR Muslim).<br />Kita sebagai seorang muslim itu mengkaji ilmu ini bukanlah sekedar permainan dan bukanlah pula sekedar penyehat tubuh, maka hendaklah kita meluruskan jarum hati kita itu, tiadalah kita beranjak berlepas diri dari tujuan suci mempertahankan hak, hendaklah tamid-tamid kalian mencamkan hal ini……………………………..<br /><br />Maka itulah fatwa Je’nan dan tatkala itu seorang tamid berhati munafik, maka diam-diam ia pun menyelinap ke luar lalu diceriterakanlah akan Alay seorang mufti yang pernah menjual tanah itu kepada orang kafir dengan fatwanya. Maka pergilah Alay menghadap raja bangsa Oirat itu, maka baginda pun menyuruh panggil tamid munafik itu dan disuruhlah berceritera tentang kata-kata dan fatwa Je’nan, maka baginda pun bertanya akan Alay “Wahai mamanda betapa kata-kata yang diucapkan Je’nan orang asing itu?” Maka jawab Alay: “Ampun tuanku terumpah yang agung, sanya segala ucapan dia itu menghina patik yang hina dina ini dan tuanku pun terhinanya pula". Maka amarahlah baginda sehingga tampak bermuka merah padam dan dipersiapkannya lima puluh asykar untuk menangkap Je’nan itu.<br /><br />Alkisah, kala Je’nan melihat kedatangan asykar kerajaan itu, maka Je’nan pun mengenakan baju zirah. Ketika dua puluh orang tamid tua itu melihat Je’nan berkemas, maka kedua puluh tamid tua itu pun menghadang asykar kerajaan itu timbullah perbantahan sehingga datanglah segala bantuan asykar kerajaan itu, tamatlah sudah riwayat dua puluh orang tamid tua itu termasuk pendekar Namsuit semua bermandi darah, seorang tua yang hampir meninggal berfatwa agar Je’nan pergi meninggalkan medan itu karena tiadalah berguna menyanggah orang munafik itu, maka Je’nan pun pergi berkuda putih dengan luka-luka pada lengan dan kepalanya.<br />Syahdan, sembilan orang tamid selamat dan merekalah waris Je’nan itu, tetapi mereka masih muda belia dan ilmu yang mereka terima itu tiada mencukupi. Syahdan, kerajaan bangsa Oirat itu akhirnya direbut oleh Zisyuk seorang penghulu penyamun dengan bantuan tentara Cina.<br /><br />Alkisah, maka kesembilan belia pewaris ilmu Shurulkhan itu tiadalah semua ada pada jalan yang haq. Ada di antara mereka itulah penghianat berhati busuk, dialah Abayt orang Naiman. Maka apakala telah terjadi perang itu dan lanah kecil Shurulkhan telah dibakar tentara kerajaan maka menyesallah Abayt itu, kini ia ingat akan kebaikan hati guru Je’nan yang telah berpayah-payah mengajar dia sehingga ia menjadi seorang yang mengerti akan agapan ilmu pembelaan diri dan dia pun telah diajarkan ilmu syara. Dua puluh kitab telah ditamatkan dari segala ilmu tafsir, hadits, ilmu bahasa Arab, Parsi dan pelbagai ilmu pengetahuan.<br /><br />Maka Abayt pun termenung berpangku tangan. Dikeluarkannya sekarung kecil uang mas pemberian raja itu, lalu dihadiahkannya terbagi akan segala fakir dan miskin lalu di pacunya kudanya sambil berlinang air mata. Apakala sampailah tengah perjalanan dua puluh enam mil safar, dijumpainya sebuah masjid berdinding batu, maka Abayt pun berwudhu lalu shalat dua raka’at di masjid itu. Tatkala itu terciumlah bau amis sekitar masjid itu. Manakala diperiksanya sekeliling masjid itu sunyi senyap tiada seorang pun dilihatnya, “Masjid jinkah ini?”, fikirnya. Tetapi tatkala ia buka salangan pintu dalam sebuah ruang di masjid itu, ia pun terpaku diam, jantungnya keras berdenyut, suara apakan giginya gemertak, dilihatnya mayat-mayat laki-laki bergelimpangan bermandi darah. Tatkala dihitung ada delapan sosok mayat tua-tua, lalu ada enam sosok mayat belia dan semua tangan-tangan mereka itu ada terikat, lalu dilihatnya pula asar-asar sepatu asykar arah samping masjid itu, maka Abayt pun cepatlah segera tinggalkan masjid itu.<br />Alkisah pulanglah Abayt akan kampung halamannya itu. Lalu konon ia menikah dengan seorang janda kaya Rasdah namanya dan ia empunya seorang anak tiri laki-laki dan dua orang puan. Maka anak laki-laki itu tengah baya dengan dia, Tsiming namanya. Maka terceriteralah akan hal Abayt itu membentuk sebuah lanah kecil tempat mengkaji pembelaan diri. Maka lahirlah aliran Naimanka yang tidak mengenal cahara berjurus, tetapi diperdalamnya permainan langkah-langkah, tusukan, bantingan, cengkeraman, tendangan dan pelbagai permainan senjata. Maka seorang tamid Je’nan pula, Hasan Payuk, mengembangkan ilmu perkelahian Je’nan itu. Lalu timbullah aliran Payuk dan aliran ini akhirnya lenyap dan berkembang kembali ke arah selatan, masuk negeri Cina dan terkenal sebagai Kumfu Ca’cu Wan atau Kumfu Utara.<br /></div><br /></span>PD Pemuda Persis Kab. Bandunghttp://www.blogger.com/profile/10408883241673317214noreply@blogger.com0